Saturday 6 January 2018

Belitong: Sedih Harus Berpisah (3/3)

Minggu, 3 Desember 2017

Sesuai rencana kami semalam, hari ini kami akan balikin motor ke Pak Anggit. Si bapaknya akan ambil motornya di hotel, kemudian akan ditukar dengan mobil plus sopir.

"Lah kenapa ganti sewa mobil, Giiit?" 


Hari ini adalah hari terakhir kami di Pulau Belitong ini. Jadwal kami hari ini adalah main air basah-basahan ke Tanjung Kelayang lalu kalau masih ada waktu ke Tanjung Tinggi. Sore nanti jam setengah lima kami balik ke Jakarta naik pesawat. Pinginnya sih dari tanjung situ langsung aja ke bandara, karena memang lebih dekat gitu. Kalau balik hotel dulu jauh jalannya. Tapi karena bawaan kami pada besar-besar, si Fururo koper satu dan aku keril satu ukuran 35 liter, maka nggak memungkinkan untuk naik motor. Dengan Mas Dede sebagai sopirnya, kami sewa Toyota Avanza untuk satu hari yang tersisa di Belitong. Sehari Rp350.000,00.
Mie Belitong ini doang yang kutemukan sudah buka sepagi itu 
Sebelum menuju utara kami sarapan dulu di Tanjung Pandan. Hari itu kami nggak pakai sarapan dulu di hotel, langsung cabidut aja. Tapi ternyata rada susah gitu nyari sarapan di Belitong pagi-pagi begini, saat itu belum juga jam 8. Pinginnya sih makan mie Belitung, yang kami tahu kan Atep, pingin tahu aja gitu kenapa kok famous banget sih Mie Atep ini? Asli deh tiap searching kuliner Belitong nemunya Mie Belitung 'Atep' mulu. Seolah se-Belitong nggak ada orang lain lagi yang bikin mie. Tapi doi belum buka dong!  Di internet ada referensi lagi sih Mie Belitung Awan. Tapi ini si Mas Dede-nya nggak tahu juga dimana. Jadi yaudah daripada habis waktu cuma untuk nyari mie Belitung yang famous, aku dan Fururo memutuskan kami makan mie Belitong yang buka aja. Kebetulan kami lewat di Jalan Sriwijaya ada tuh Mie Belitung Acin. Yeayyyyy! 

Saat aku dan Fururo datang belum ada pengunjung yang makan. Di dalam hanya ada ibu yang jual sama temannya kayanya. Si ibunya cina, temannya juga cina, dan mereka bicara bahasa belitung (melayu gitu deh) yang diselingi Bahasa Mandarin. Wow cool! Selama tiga hari aku belum menemukan suasana se-Belitung ini. 
Mie Belitong Acin enaaaa
Di meja kami ada telur rebus. Aku dan Fururo masing-masing ambil satu untuk makan mie Belitung. Mie Belitung ini adalah mie kuning yang disajikan dengan potongan tahu, mentimum tipis, udang kurus satu biji, kentang, emping, dan apa gitu gatau deh wujudnya mirip kentang tapi teksturnya kenyal. Enak sih, tapi kuahnya kemanisan kata aku. Menurutku ada udang itu untuk menetralkan rasa manisnya cucok banget deh. Total yang harus dibayar Rp34.000,00.

Selesai sarapan kami menuju Tanjung Kelayang. Setengah jam saja perjalanan, sampai kaget loh aku. Kok berasa cepet gini? Masuk parkiran kami ditarik Rp10.000,00. Saat turun kami langsung ditanya sama seorang bapak-bapak yang pakai baju surfing berkulitnya hitam eksotis wkwkwk. "Berapa orang? Pakai snorkel nggak? Kok berdua aja ini mau foto pre wedding apa gimana? Ongkos sewa boat-nya Rp500.000,00..."
Saat itu si Mas Dede menyarankan kalau aku berusaha cari aja barengan dulu untuk sewa boat-nya, soalnya kan sayang aja gitu kalau berdua jatuhnya mahal per orang. Lalu si bapak yang nanyain tadi bilang, agak susah nyari barengan soalnya rata-rata yang ke sini banyakan orangnya. Lalu doi pergi sepertinja nyariin kami kapal. Aku, Fururo, dan Mas Dede jalan-jalan dulu lihat-lihat Tanjung Kelayang ini sambil menunggu si bapaknya.

Pantai Tanjung Kelauang yang juga warna-warni
Sambil foto-foto centil aku memperhatikan sekitar, siapa tahu ada gitu rombongan yang mau barengan. Lalu aku mendeteksi ada empat orang yang sepertinya bisa diajak gabung... Eh mau beneran dong! Hihi asik rejeki anak solehahhhh. Aku pun berkenalan dengan mereka, satu laki dan tiga perempuan. Sayangnya setelah lepas tangan salaman aku udah ga ingat nama mereka siapa fwahahaha aduh maaf ya kawan-kawan. Aku cuma ingat satu yang cewe itu namanya Anis. Itu juga karena doi chat aku untuk minta foto. "Hai Gita ini Anis, kirim fotonya ya..." Oh ternyata namanya Anis, kataku dalam hati.

Kami juga sewa alat snorkel. Aku sih iyes, Fururo-nya enggak. Oke skip.

Total biaya sewa kapal dan alat snorkel kalau dibagi enam orang masing-masing bayar Rp122.000,00 (bayarnya di belakang).
Pulau Batu Garuda
Banyak pulau yang kami lewati. Tapi karena air lagi pasang, jadinya nggak ada yang kami bisa singgahi. Seperti Batu Garuda, kapal hanya mendekat sedikit lalu kami foto dari atas kapal.
Iya itu doang sih yang kami datangin haha. Batu berlayar juga dilewatin doang. Ngomong-ngomong semua pulau yang kami lewati batunya nggak ada yang kecil, semua besar-besar. 

Sekitar setengah jam setelah melewati Batu Garuda kami sampai di Pulau Lengkuas, ini pulau yang ada mercusuarnya itu loh. Saat kami sampai sudah banyak kapal yang tertambat. Setelah turun dari kapal aku dan Fururo berpisah dengan Anis cs. Aku dan Fururo ke kamar mandi langsung, karena si Fururo udah kebelet pepsi banget wkwkwk. 
Pulau Batu Berlayar
Kamar mandi di Pulau Lengkuas ini terletak di bangunan yang ada mercusuarnya, di dalam pagarnya. Musholla juga ada di sini. Ke kamar mandinya berbayar, nggak dipatok berapa sih tapi kalau aku masukin Rp2000,00.
Sambil menunggu Fururo pepsi aku bertanya-tanya sama bapak yang jaga kamar mandi tentang mercusuar ini. Ternyata setahun belakangan udah ga boleh dinaikin sampai atas, perintahnya turun langsung dari Dishub. Sekarang bolehnya sampai lantai tiga aja dan sebelum masuk pastikan kaki sudah bebas dari pasir pantai. Ah kuchewa~ Meski boleh sampai lantai tiga aku nggak mau naik juga, malah ga enak kalau kentang gitu (kentang: kena tanggung).

Setelah Fururo keluar dari alamnya, kami ke utaranya pulau, ke batu-batuan granit. Ramai banget orang di sana. Aku yang membayangkan bakal bisa mencapai dan berfoto di batu yang paling besar, langsung sadar bahwa itu keinginan yang mustahil abis. Soalnya batuan yang besar-besar itu membuat kita ngeloncatin batunya repot juga wkwkwk belum lagi antar batu kan nggak selalu rapat ya. Ada yang renggang-renggang, jadi kudu kecelup air dulu. Aihhhh selangkangan sampe kakuuuuu. Jadi yaudah, foto ya foto aja gitu sambil ngomongin orang di sekitar kami hihi.

Karena matahari sedang nyala-nyalanya, kami mengimbangi dengan minum kelapa muda biar seger. Rasanya pingin gitu sambil dengerin lagu reggae.
Batu-batu granit di Pulau Lengkuas
Setelah sejam terpisah dari Anis cs aku penasaran juga, pada kemana ya mereka itu? Pulau ini kecil, orangnya itu-itu aja. Tempatnya juga ini-ini aja. Kenapa mereka nggak nampak lagi? Usut punya usut ternyata mereka pergi ke belakangnya pulau. Jadi di belakang bangunan yang ada kamar mandinya tadi itu ada jalan menuju batuan granit juga, seperti yang kami kunjungi tapi lebih sepiiii. Kita kudu menembus hutan dulu tapi, nggak panjang sih rutenya kata Anis, cuma jangan sampe nyasar aja! Nah itu dia majalah eh masalahnya. Saat aku dan Fururo mencoba melewati hutannya kok jalannya nggak jelas gini... Jalannya belum benar-benar terbuka. Hmm daripada nyasar jadi aku dan Fururo memutuskan untuk balik aja.
Kenapa kalian jadi hijau semua gini, brai?
Setelah sholat dhuhur aku, Fururo, dan Anis cs naik kapal lagi. Kami bersiap untuk snorkelinggggg huhuuuuy. Sebetulnya aku nggak pe-de snorkeling di manapun, karena aku nggak bisa berenang.

"Git tapi kan ini pakai pelampung?"
"Nah iya sih, cuma aku kalau kuping udah kecelup air itu panik..."


Kaca mata renang yang kupakai enak, tapi yang buat napas di air (apa sih namanya itu?) sakitnya sampai seminggu saat kupakai napas. Saat itu kan lagi pasang, nah yang kulihat warna karangnya hijau. Bentuknya sih macam-macam tapi ya gitu, kok hijau semua yha? Well, ada kaitannya nggak ya warna dasar laut dengan kondisi air laut yang lagi pasang atau surut? 
Difotoin mas yang punya kapal
Aku snorkeling paling cuma lima atau tujuh menit. Selebihnya aku naik kapal aja liatin Anis cs berenang sama ikan. Sudah cukup kesenangannya main air. Sebetulnya sama mas yang punya kapal kami ditawari untuk snorkeling lagi di area lain, tapi Anis cs tahu kalau aku dan Fururo udah mau balik sore ini, jadi mereka pilih balik aja ke dermaga. Saat itu pukul 13.30.

Ketika kapal balik ke arah dermaga Tanjung Kelayang, aku tertidur.

***

Setengah jam saja perjalanan dari Tanjung Kelayang menuju Bandar Udara H. A. S. Hanandjoeddin. Bawaanku sedikit lebih banyak dibanding saat berangkat, karena beli oleh-oleh dan baju ada yang basah. 

"Kalian beli oleh-oleh apa emang?" 
"Aku beli ketam isi. Kalau Fururo ketam isi dan jeruk kunci. Ketam isi aku bisa jelaskan, kalau jeruk kunci nggak tahu deh... Tanya Fururo aja~"
Kumakan sampai cangkang-cangkangnya haha one is never enougghhhh
Ketam isi adalah makanan yang khas sebagai oleh-oleh dari Belitong. Bisa disebut juga perkedel rajungan. Jadi cangkang rajungan itu diisi dengan adonan rajungan yang dicampur telur dan bahan-bahan lain. Aku sih suka banget banget banget ya, sampai cangkangnya pun aku makan hahah nggak tahu seharusnya bisa dimakan nggak si? Berasa lunak soalnya kalau kita makan bersama dengan perkedelnya. 
Aku beli dua pack, sementara Fururo empat. Satu buah ketam isi harganya Rp8.000,00. Satu pack isinya sepuluh, sehingga satu pack harganya Rp80.000,00. Lokasi tokonya ada di Jalan Sriwijaya Tanjung Pandan, merknya Adena. Ketam isi hanya bisa tahan sampai dua hari. Sebetulnya yang aku tahu jual ketam isi itu Rumah Makan Pribumi tetapi atas rekomendasi Pak Anggit aku disarankan beli di Adena saja karena yang ini kemasannya lebih siap untuk dibawa-bawa, kalau di Pribumi nggak gitu. Katanya sih katanya. 
Jadi tadi sebelum makan mie kami pesan dulu enam pack, itu sekitar pukul 7 pagi. Kami dijanjikan jam 10 ketamnya udah siap. 

"Lah Git lalu ngambilnya gimana? Kan kamu jam segitu lagi ke Pulau Lengkuas?"
"Iyaaa Mas Dede yang mengambilkannya buat kami hihi asik yah. Karena kalau balik Tanjung Pandan lagi takut ga keburu ke bandara..."

Pukul 17.50 aku sudah antri ambil bagasi di Bandar Udara Soekarno Hatta ditemani Fururo. Sedih harus berpisah, tapi semoga bertemu lagi di lain pulau. Bye holiday! 


***

P & K 
1. Biaya selama di sana tiga hari kuhitung per orang Rp882.387,00 di luar ongkos pesawat aku dari Jakarta ke Tanjung Pandan sekitar Rp1.100.000,00. Tangjung Pandan ke Jakarta juga segituan. Rincian jelasnya boleh tanya ke e-mail :)
2. Aku dan Fururo nggak sempat ke: Tanjung Tinggi, Warung Kopi Ake, pantai di Beltim dan Ngopi di Beltim. Sedih sih. Tapi aku bersyukur sudah pernah berada di Belitong. :D 
3. Bawa celana dalam lebih ya kalau ke Belitong, karena kan panas tuh di sana. Siapa tahu, biar nggak gatal-gatal aja gitu... 
4. Seorang pegawai di Kong Djie berkata padaku bahwa Belitong ini aman banget banget. Misal aja ada motor di pinggir jalan malam hari, kuncinya ketinggalan gitu di motor. Sampai pagi ga akan ada yang ambil. Percayakah kalian? Aku sih percaya aja. Cuma tiga hari memang aku di sini, tapi sepertinja memang orangnya masih pada tulus-tulus... 
5. Ini sebagai pendukung fakta nomor 3. Saat mau ke Peramun, aku sempat berada di perempatan jalan yang sepi banget di Sijuk. Hanya ada aku dan dua motor di jalan dari arah kananku. Tapi meski sepi gitu para pengendaranya saling mempersilakan untuk jalan duluan. Aku belum pernah sih diperlakukan seperti ini... 
6. Untuk yang nggak pingin kulitnya menghitam dipersilakan pakai sunblock SPF 50 atau lebih saat di Pulau Lengkuas dll, mencegah kulit terbakar. Panas banget loh. 
7. Ingat ya, jangan pakai jeans saat main air di pantai, pulau-pulau, apalagi snorkeling. Jeans itu keringnya lama dan berat kalau basah. 
8. Jangan sampai gak cobain ketam isi huahahaha itu enak banget asliiii aku aja habis 15 biji kalau gak salah
9. Tripod yang kupakai kupinjam dari Tamma, terima kasih banyak ya Tam kapan-kapan pinjam lagi kalau belum punya sendiri :( 
10. Terima kasih buat ibu yang jaga Meigah Hotel, karena beliau sudah membantu aku melepas kunci kamar hotel. Juga untuk mbak-mbak penjaga. Kalian ramah aku suka :'( 
11. Terima kasih sama Allah yang ngasih aku rejeki waktu, duit, orang baik, dan Belitong! Aku kapan Ya Allah bisa liburan sama suami aku huahuahuaaaaaaaaaaaaaa :_______)
12. The best (people) for the last, buat Fururo rekan seperjalanan yang sudah sangat tabah, ceria, lucu, JAHIL, gendut, dan baik hati. Sampai ketemu di liburan berikutnyaaaa!


THE LAST DAY...
click to enlarge the photos



















Belitong: Dikawal Bulan dan Matahari Terbenam (2/3)

Sabtu, 2 Desember 2017

Semalam aku sudah mewanti-wanti Fururo bahwa hari ini kami akan berangkat pukul 07.00 pagi dari hotel.

"Pagi banget, Git?"
"Iya soalnya mau ke Belitong Timur hari ini!"
Lalu kenyataannya jam 7 aku baru bangun dong! Hahaha. 
Gado-gado Belitong yang yomski banget gitulah 
Sebetulnya kami pengennya sarapan nyari di luar aja gitu, tapi ternyata harga kamar udah dikasih sarapan juga jadilah kami sarapan nasi goreng dulu di hotel. Kemudian baru menuju Suto Mak Jannah untuk sarapan ronde kedua, Fururo memesan suto dan aku gado-gado. Aku kemarin kan sudah suto, jadi sekarang gado-gado aja. Enak juga, mirip pecel gitu. Hanya ada sayur dan lontong, tanpa tahu tempe seperti di Jawa. Kerupuk diganti emping. Ntaps jiwa! 

*** 

Aku salah dengar apa kata temanku tentang jalan dari barat ke timur, seingatku dia bilang lewat Kampit itu terdekat. Ternyata bukan gitu maksudnya. Lewat Kampit itu lebih jauh tapi gak mungkin nyasar karena jalannya ga ada belokan sama sekali. Tapi kalau lewat tengah (lewat Badau kalau gak salah) lebih dekat cuma saja ada belok-beloknya, kalau ga paham rutenya bisa nyasar.
Aku dan Fururo menuju ke timur Pulau Belitong lewat Kelapa Kampit. Asli berasa lama banget, dua jam setengah ada kali tuh. Pantat sampai penyok. Tapi kami bersyukur alhamdulillah cuaca cerah.

Jalanan menuju Belitong Timur
Tujuan kami pertama adalah Museum Kata Andrea Hirata. Museum literatur pertama di Indonesia ini dicat warna-warni di seluruh bangunannya, ceria banget! Tiket masuknya Rp50.000,00 per orang. Mahal ya? Kataku sih iya. Tapi kita dapat buku saku loh kalau beli tiket itu. Buku saku ini semacam cuplikan kecil dari novelnya Andrea Hirata gitu. Aku pilih yang 'Ikal dan A Ling', sementara Fururo dapat yang 'Ikal dan Lintang'.

"Kalau aku sih paling suka novelnya Andrea Hirata itu yang Ayah."
"Kenapa, Git?" 
"Lucu aja ceritanya haha sedih juga sih. Yah tahulah gaya nulisnya Andrea Hirata itu gimana."
"Hooooooo~" 
"Eh ya Padang Bulan juga bagus sih!"
Kalau rumahku lantainya dikasih kutipan gitu keren kali ya?
Menurut pandangan mata aku, museum ini dibagi menjadi tujuh bagian secara garis besar. Pertama adalah halaman depan. Ada pohon dengan selendang-selendang digantung hihi mesra abis! Kedua ada rumah dengan beberapa ruangan, itu rumah isinya tentang novel-novel Pak Cik Andrea Hirata dan beberapa buku lain. Novel yang paling mendominasi tentunya adalah tetralogi Laskar Pelangi entah itu kutipan, foto-foto adegan Laskar Pelangi, dan ada juga suatu sudut tentang Laskar Pelangi yang diterjemahkan dalam banyak bahasa di seluruh dunia. Di bagian belakang rumah tersebut ada bagian ketiga yaitu Kupi Kuli, kiranya ini adalah warung kopi. Hanya saja di sebelah museum tuh juga ada namanya Kupi Kuli. Kok bisa ada dua ya? Aku nggak sempat nanya yang jaga karcis sih hihihi jadi gatau juga. 
Tak terperi
Keempat, ada sebuah ruangan yang awalnya kukira musholla  ternyata itu ruang baca saja. Soalnya ada kaki kayu yang biasanya dibuat baca Al-Quran sih hahah. Sepertinja pun kalau mau masuk harus lepas alas kaki. Ruangannya meski terbuka, tapi nggak ada seorang pun yang masuk. Aku juga nggak berani masuk cuma intip-intip dari kaca. Nggak kelihatan tapi ada buku apa aja di sana. Rasanya masih pingin sholat di sana #maksa.

Bagian kelima dari museum adalah halaman belakang, nggak ada buku di sana. Namanya juga halaman, adanya rumput, pohon pisang, dan kamar mandi. Tapi aku suka lihat di halaman itu ada papan warna merah bertuliskan 'Mimbar Puisi Kebun'. Apa coba maksudnya? Jadi boleh gitu kita baca puisi di halaman itu?  Aku merasa magis aja sih sama papan merah itu. Suka! 

Halaman belakang museum kata
Di depan Mimbar Puisi Kebun ada ruang terbuka dengan cat dinding warna putih, bagian keenam dari museum ini. Tidak banyak kata-kata bergantung di sana. Banyaknya lukisan dan lukisan. Aku membayangkan berada di area ini pas malam hari sambil lihatin halaman belakang; entah kenapa. Kayanya seram aja gitu. o_O

Bagian terakhir, yang sama berwarnanya dengan bagian kedua museum, adalah ruang terbuka yang aku nggak amati terlalu apa yang ditempel di dindingnya. Aku udah ga fokus lagi baca-baca haha. Fokusnya sekarang berfoto sama Fururooooooo. Sempat sedikit kubaca tentang batu satam yang membentuk Belitong, kemudian udah ga fokus lagi. Hihihi. Disebut ruangan nggak benar juga ya, karena nggak ada pintu yang menjadikan ruangan ini tertutup. Hall? Nggak besar juga. Apa ya? Yah sebut saja ruang ketujuh. Ruang ketujuh ini sama berwarnanya seperti ruang kedua di museum ini. Di langit-langitnya ada daun pintunya. Di dindingnya pun ada juga daun pintu! Tapi bukan menuju ke ruangan lain melainkan sebagai ornamen saja untuk literatur-literatur yang ditempel di dindingnya. So colorful! Sepertinja aku dan Fururo lama di ruang ketujuh ini, tapi buat berfoto aja heheheh.
Ruang ketujuh
Untuk yang ingin sholat dahulu sebelum lanjut perjalanan bisa loh sholat di masjid depannya museum kata. Masjidnya pas aku ke sana memang sedang diperbaiki, tapinya di belakang ada kok yang aman untuk dipakai.

Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke replika SD Muhammadiyah Gantong. Hanya lima menit dari museum kata kita sudah sampai sana. Halaman parkirnya luas, sepi, dikelilingi kios-kios gitu.
Tiket masuk ke replika SD Rp3.000,00 per orang. Loketnya dijaga empat orang, rame banget yah! Setelah melewati loket ada gubuk yang jual jajan-jajan basah gitu. Eh kalau suka batu akik juga ada loh yang jual. 

Aku pikir di replika SD Laskar Pelangi ini hanya ada bangunan sekolah. tetapi ternyata juga ada anak-anak laki-laki yang menari menirukan gerakan yang di film Laskar Pelangi. Gerakan apa yah itu lupa deh -___-" dalam rangka apa juga lupa di filmnya. Pokoknya yang pakai daun-daun sama getah-getah idenya Mahar itu loh! Mereka unjuk kebolehan di halaman replika sekolah, kemudian mengerubungi pengunjung yang mau berfoto bareng. Itu anak-anak rumahnya memang sekitar sini. Mungkin mereka masih SMP gitu lah. 
Replika SD Muhammadiyah Gantong
Di dalam kelas juga ada anak-anak yang lebih kecil, rata-rata SD, yang menyanyikan soundtrack Laskar Pelangi itu loh yang lagunya Nidji itu loh hahaha-_-kaget aku. Aku kira itu diatur sama pengunjung, ternyata maunya mereka sendiri. Aku sempat kenalan dengan dua di antara anak-anak yang menyanyi itu, namanya Alia sama Kayla. Mereka berdua ini masih saudaraan ternyata. Kata Kayla dia setiap sepulang sekolah main ke replika sini; untuk menghibur para pengunjung!

"Woooooo Gile semangat abissss. MANTAP JIWAAAAA!"
"Wkwkwkw."
"Ngomong-ngomong, aku suka banget logat mereka berbicara." 

Siang hari di Belitong Timur lebih panas dibandingkan di Belitong Barat rasanya. Banyak berkeringat sepertinja membuat kami jadi lapar kala itu. Setelah puas berfoto, ngobrol, dan tertawa aku dan Fururo cabidut dengan tujuan berikutnya adalah Rumah Makan Fega di Manggar. Aku nggak ada referensi lain lagi sih tentang rumah makan yang di Belitong Timur, jadi kami mau coba aja di Fega ini.

Aku dan Fururo sampai di RM Fega pukul 15.30. Lapar bangettttt, tapi bukannya disambut makanan enak, malah kami dikasih tahu bahwa Fega udah tutup. Ya ampon! Ini kan masih sore yhaaaaaaaaaaaaaaaaa supaya apa gituuuuu tutup jam segini~ Padahal aku dan Fururo udah dapat posisi yang pe-we banget buat makan. Huft. 
Coba tengok tuh langitnya dermaga
Rumah makan Fega dalam setiap berita yang tertulis di internet dikenal karena ada dermaganya. Jadi sambil makan pemandangannya bukan hanya nasi dan teman makan, melainkan juga sebuah dermaga kecil. Aku awalnya sih memandang B ajah itu dermaga, karena memang gitu doang adanya. Tapi ketika si Fururo mengajakku ke dermaganya situ, aku bisa lihat langit di situ begitu biru. Magis. Permukaan air danau pun memantulkan awan-awan di langit, jadi pemandangan indahnya dobel deh. Serasa beli satu dapat dua~
Meskipun kami nggak makan, tapi kami banyak ambil foto di dermaga. 

Sudah terlalu lapar untuk pilih-pilih tempat makan, maka yang pertama kami lewatin ya itu yang kami hampiri. Kami makan mie ayam bakso di Manggar. Aku makan satu porsi sementara Fururo satu setengah porsi. (-_-") Ini anak lapar apa doyan~

Setelah nurunin perut dan ngobrol, pukul 16.30 aku dan Fururo jalan balik menuju Tanjung Pandan.
Kali ini kami lewat Badau atau dikenal dengan jalan tengah. Sebetulnya hari ini aku menargetkan bisa sampai Tanjung Pandan sebelum sore, kepingin soalnya bisa lihat sunset di Tanjung Pendam sambil baca puisi huhahahaa. Kenyataannya sesore ini masih di jalan.... Tapi eh ternyata garis-garis matahari yang hampir tenggelam bisa kulihat dari jalanan yang kulalui sama Fururo, semburatnya serasa ada di ujung jalan yang kami tuju. Warnanya mulai dari yang oranye sampai ungu. Sementara itu, di samping kanan kami dapat kawan seperjalanan, yaitu bulan purnama! Kemanapun kami berbelok bulannya ngikut. Hihiiiiw asikk banget lihat bulan saat langit masih biru gini.

Dua jam kemudian (lebih cepat bro dari berangkatnya uwow!!), pukul 18.30 kami sampai Meigah Hotel. Parah, pantat makin menipis... 

***
Purnama di Belitong
Di Belitong ini kabarnya hotel yang paling wowski harganya adalah BW Hotel. Dulunya ini hotel milik Aston. BW Hotel terletak di sekitar Tanjung Pendam. Setelah kami ke KFC dan menjadi pengungjung terakhir (jam 10 malam KFC udah tutup, oke sip!), ke arah BW hotellah aku dan Fururo berkendara malam itu. Si Fururo ini kemarin temannya nginep di BW, lalu doi mau lihat aja gitu kaya gimana sih BW hotel itu. 
Di sekitar BW Hotel ternyata banyak juga tempat nginep. Nggak cuma hotel, ada  yang homestay gitu. Saat itu mungkin sudah pukul 10 malam. Agak gelap, tapi Tanjung Pendam ini berasa mirip sama Bali, meskipun sudah sepi. 

Kemudian kami mampir di sebuah cafe yang namanya Cafe Sunset Akaula. Dari luar berasa mau masuk ke Jimbaran hihi. Pas masuk ke dalam ya mirip sih cuma nggak langsung lihat pantai aja. Masih ramai saat itu. Aku dan Fururo pilih tempat yang agak ujung, di jembatan. Banyak ibu-ibu nongkrong di sini wkwkwk. Meskipun masih kenyang mie ayam sore tadi, tapi aku pesan makan soalnya ada Tekwan! Fururo pesan Sate Taichan, temannya Chibi Maruko-chan. Di Akaula ini kami sampai jam 12 kurang dikit, lagi-lagi hampir jadi pengunjung terakhir. Aku kira makannya bakal habis lebih dari seratus ribu rupiah, ternyata cuma Rp65.000,00. Serasa mewah, karena suasananya dan bulat purnama. Cantik.

***

R I N D U
oleh: Andrea Hirata

Cinta benar-benar menyusahkanku

Ketika kita saling memandang saat sembahyang rebut

Malamnya aku tak bisa tidur karena wajahmu tak mau pergi dari kamarku 

Kepalaku pusing sejak saat itu... 

Siapa dirimu? 

Yang berani merusak tidur dan selera makanku? 

Yang membuatku melamun sepanjang waktu? 

Kamu tak lebih dari seorang anak muda pengganggu! 

Namun ingin kukatakan padamu

Setiap malam aku bersyukur kita telah bertemu 

Karena hanya padamu, aku merasa rindu 


***

P & K
1. Tamma hari ini tripodmu kupakai, makasih berat! :D
2. Sejatinya Belitong Timur adalah kota yang memiliki julukan 'seribu satu warung kopi'. Jadi kalau ke sana sempatkanlah ngopi, agar tahu cita rasa asli kopi Belitong. Aku dan Fururo tapi nggak sempat ngopi di sana :( Lalu gimana ini Frur, balik aja kita demi ngopi di sana?
3. Belitong Timur juga punya pantai yang bagus-bagus, dengan tipikal pantai yang bersih tanpa batuan granit yang besar-besar, adanya pohon pinus gitu. Kalau ada waktu boleh dicoba ke sana. Lagi-lagi aku dan Fururo gak sempat ke sana heuheuheu.
4. Jangan lupa bawa duit lebih kalau ke replika SD Laskar Pelangi, soalnya ada sumbangan seikhlasnya buat yang nonton tarian-yang-aku-lupa-namanya di depan SD itu. OK!
5. Terima kasih berat buat kawan seperjalananku Fururo yang sudah nyetirin motor bolak-balik Barat ke Timur lalu balik Barat lagi... Kasihan aku lihat dirimu sebetulnya, tapi kaunya nggak mau digantiin sih. Untung makanmu banyak.

OUR SECOND DAY!
click to enlarge the photos