Saturday 3 March 2018

Musim Durian di Tasikmalaya

Aku sudah pernah ke Tasikmalaya di tahun 2016 dengan teman aku namanya Tama. Saat itu tujuan kami Gunung Galunggung dan Kampung Naga. Minggu kemarin bertepatan dengan libur Tahun Baru Imlek aku ke Tasik lagi, kali ini lebih di selatannya. Aku ngikut kawanku, sebut saja Neng Winda, yang pulang kampyung karena long weekend. Aku tertarik banget ikut doi balik ke rumahnya lantaran dia cerita kalau lagi musim durian (atau duren, gitu biasa kusebut) di rumahnya. Ahhhhh dureeeeen gonjang-ganjinglah diriku! 
Ruang tunggu pool Primajasa
Libur Imlek Jumat, tersambung dengan hari libur kantor Sabtu dan Minggu, jadilah long weekend bagi orang kantoran. Malam itu di hari Kamis kami sampai di pool Primajasa di Cawang pukul 22.16 dan baru dapat bus jam satu pagi!  Ramai banget asli. Gerimis juga sih saat itu.

Normalnya dari Jakarta ke Tasikmalaya ditempuh dalam tujuh jam kurang lebih. Tapi kali ini nggak normal haha. Aku dan Winda si Neng baru sampai 12,25 jam kemudian! Yaiiii, kami sampai Tasikmalaya kota pukul 13.15. Parah benerrrr udah gitu kursi busnya bau banget dah.  Ongkos bus Rp68.000,00 per orang.

Sampai di Kota Tasikmalaya kami dijemput kawannya si Neng untuk kemudian makan siang nasi T.O., lapar banget geng! Kata si Neng jangan nggak makan T.O. kalau udah ke Tasik. Nasi Tutug Oncom, itulah kepanjangannya T.O., nasi yang dicampurin oncom. Biasanya sih dimakan dengan gorengan saja lauknya, sambal, dan ikan japuk (asin). Lalapnya ada leunca dan mentimun.Tentunya lauknya bisa divariasikan dengan yang lain. Aku sempat pesan lele goreng cuma yang datang lele seukuran tangan orang dewasa, kepalanya aja sebesar telapak tangan. Aku terkaget-kaget sampai ga mau makan...  Ngeri kali lihat lele gede banget gitu.
Nasi Tutug Oncom
Kami makan T.O. di Jalan Cikalang Girang, namanya T.O. Rahmat. Harganya kalau hanya dengan lauk gorengan Rp10.000,00. Murah enak pula! Aku sih cucok meong. :D

Dari kota Tasikmalaya menuju rumah si Neng kami naik lagi bus semacam Kopaja gitu arah Kalapa Genep (rumah si Neng), nama busnya Dirgahayu atau biasa disebut DH. Ongkos busnya Rp40.000,00 per orang, Aku pribadi cukup suka naik bus yang seperti ini, karena meski kaya kaleng gitu berisik dan agak-agak bikin sakit badan tetapi rasanya kaya naik Bus Ksatria yang di Harry Potter.
Perjalanan dari Tasikmalaya menuju Kalapa Genep kurang lebih 4 jam. Bus yang kami naiki saat itu sopirnya namanya Andri. Jangan heran kenapa aku bisa tahu, karena doi teman SMP-nya si Neng Winda hahaha.

Kami sampai pukul tujuh malam lebih dikit di rumah Neng Winda. Setelah solat isya kami makan dengan udang dan daun singkong. Enak banget, daun singkongnya masih muda jadi rasanya lebih yahud daripada yang biasa kumakan. Udangnya juga aku ga paham deh, enak juga. Setelah makan ortu si Neng membukakan durian buat kami, 3 biji buat berdua. Mantap jiwa! Rasanya kembali muda! 
Kangen kamu :(
Tidak hanya dengan durian si Neng menjamu aku di liburan ini, doi juga membawaku ke Pangandaran. Tapi bukan dengan Green Canyon ya, karena mahal, liburan kali ini dompet kami lagi tipis soalnya hahaha. Kami kali ini bertiga, dengan De Popy, teman si Neng. Motor yang bisa dipakai hanya satu jadinya kami reptil-an.

"Naon Git reptil teh?"
"Reptil itu rempet tilu!"

Tujuan kami pertama adalah Jojogan, gitu nama tempatnya. Perjalanan yang kami tempuh dari Kalapa Genep sekitar satu jam setengah. Tiket masuknya Rp10.000,00 saja per orang. Kami sebetulnya kan bayar harusnya Rp30.000,00 ya cuma sama pak penjaganya disuruh bayar Rp20.000,00 aja entah mengapa~ Itu ongkos udah ga ada bayar lagi kecuali sewa pelampung.
Pertama yang kami lewati dari komplek Jojogan adalah tempat foto-foto di tebing gitu, macam yang sekarang lagi ada di mana-mana gitu.
Tempat foto kekinian
Selanjutnya kami ke curugnya, entah curug apa namanya. Boleh berenang di curugnya, tetapi karena pada nggak bisa berenang jadi sewa pelampung.
Sebetulnya juga bisa body rafting sambil menelusuri gua, cuma ya gitu agak mahal sedangkan kami ini lagi liburan tipis aja jadi ya berenang aja di curug haha. Meski demikian berenang doang di curug sudah merupakan liburan yang HQQ #kekinianabis. Airnya segar. Tapi hijau banget warna airnya, jadi nggak nampak dasarnya seperti apa.
Tidak cuma renang, kita bisa loncat juga dari karang. Nggak tinggi sih karangnya, paling setengah meter sampai semeter doang #cupuabis. Tapi kalau aku sih ya tetap aja takut loncatnya haha kan belum pernah kaya gitu :3
Curug entah apa namanya yang airnya hijau banget entah kenapa
Perjalanan selanjutnya adalah ke pantainya Pangandaran. Karena kami sudah basah-basahan di Jojogan jadi di sini kami naik kapal saja, ngasih makan ikan dari atas kapal, padahal sebetulnya bisa snorkeling gitu. Sewa kapal bertiga bayarnya Rp100.000,00. Kita bakal diajakin ke Batu Layar dan ke Pulau Pasir Putih. Di perjalanan laut itu, kami melewati batu buaya. Namanya demikian jelas karena bentuk batunya mirip buaya lagi ngambang gitu. Kalau untuk Batu Layarnya juga sama, mirip bentuknya seperti layar yang sedang dikibarkan. Sayangnya saat itu ada awan gelap di atas kapal, kurang cerah. 

Oleh abang yang punya kapal kami diajak juga mengunjungu Pulau Pasir Putih. Entah perasaanku saja atau memang pantai di sini lebih besar-besar pasirnya O_o
Ternyata di Pulau Pasir Putih yang kami kunjungi ada rusa dan monyetnya. Abang yang punya kapal sejak sebelum menambatkan kapal di pantai sudah mewanti-wanti agar kami tidak bawa jajanan sama sekali atau kantong kresek agar tidak mengundang kedatangan tenyom ke kami.
Tidak ada peringatan dilarang mendekat atau dilarang menyentuh hewan-hewan tersebut, tetapi aku tetap ambil jarak apalagi sama monyetnya.
Hai rusa-rusa cantik! Makan apa? :D
Di sekitar Pantai Pangandaran ada beberapa komplek ruko yang menjual buah tangan. Mulai dari kerajinan dari kerang gitu, celana, sampai cemilan. Aku tertarik lihat ada udang, cumi, ikan kecil, dan rajungan (temannya kepiting) yang semuanya dibumbui dengan tepung. Kata penjualnya ini bumbu tepung awet sampai dua mingguan, apalagi asin begini. Aku beli 1/4 kg rajungan tepung seharga Rp35.000,00 untuk oleh-oleh.
Jual oleh-oleh cemilan khas Pangandaran
Ngomong-ngiming motor yang kami naiki adalah Vario, ga pakai pelat nomor coba. Berasa jadi ketua geng motor gak sih! Itu motor enak banget buat reptilan, longgar gitu maksudnya. Aku yang berada di posisi terbelakang nggak merasa sempit sama sekali. Si Neng Winda yang di depan juga ga ada ngeluh sama sekali. Tetapi itu motor sepertinja melakukan pemberontakan terselubung terhadap kami, soalnya seharian dipakai main dua kali bannya kempis hahah. Kalau ga kuat bilang kali jangan tiba-tiba ngambek gitu, ban... 

Malam harinya aku dibukakan lagi durian oleh mamanya Neng Winda. Melayang-layang senang~ 

***

Mengawali hari terakhir di Tasikmalaya dengan sarapan kupat tahu lalu makan durian lagi. Hiks, besok nggak ketemu durian lagi :(...
Siang harinya setelah sholat dhuhur aku dan Neng Winda nebeng tetangganya doi sampai Sukaraja. Kemudian kami naik elf yang bersambung dengan Go-car sampai rumah teman si Neng, lupa daerah mana. Kami ke rumah teman si Neng ini sambil menunggu jam datangnya kereta. Sambil juga si Neng kepingin makan cigo, kebetulan dekat situ ada... 

"Git apalagi itu cigo?"
"Cigo itu cilok goang." 
Cilok goang dengan sayap ayam dan tahu
Cilok goang adalah makanan yang lagi trendi abis di Tasikmalaya. Mirip bakso sih kata aku, yaitu cilok yang dimakan dengan kuah. Ditambah dengan tahu, ceker, atau sayap sebagai pelengkap makannya. Pedas lebih baik. Harganya berkisar Rp10.000 sampai Rp15.000 tergantung pelengkapnya apa saja. 

Kereta Serayu Malam tiba di stasiun Tasikmalaya pukul 21.05, terlambat 15 menit dari yang dijadwalkan. Dengan kembalinya kami ke Jakarta maka berakhirlah episode durian di Kabupaten Tasikmalaya ini. Uuuuuuh sampai ketemu di musim durian berikutnya! Mungkin di lain kota~ 

***

P & K
1. Kalau ke arah Tasik, Garut, dan Bandung saat weekend sabar aja ya, emang gitu jalannya: macet~
2. Aku sering lihat orang naik bus atau kereta bawa buff (sori sebut merek habisnya bingung namanya apa ya yang gitu haha) atau slayer, sebaiknya kalian juga bawa ini kalau naik bus. Soalnya kursinya kan bahannya beludru gitu ya, rawan bau aneh-aneh entah campuran minyak rambut dengan iler atau jus tomat tumpah. Berguna juga untuk nutupin mulut saat kita terlelap di jalan, kan malu ya kalau mangap gitu~
3. Di daerahnya si neng ini pernah terjadi Tsunami 2006, jadi di sepanjang jalan ada plang penanda titik kumpul (assembly point) gitu. Harapanku semoga di seluruh Indonesia area yang potensi Tsunami sudah dipasang beginian untuk keselamatan warga sekitar.
4. Gatau lagi mau kasih pesan dan kesan apa haha senang bangetlah ke Tasik ketemu durian dan teman baru yaitu De Popi.
5. Maka dari itu makasih berat buat Neng Winda~ Jadilah duta wisata, Neng~
6. Tentu untuk Allah SWT terima kasih ya sudah menciptakan suku Sunda jadi aku tahu bahasa selain Jawa juga keren punya xixixixi. Tapi lama-lama kalau didengerin ko kaya bahasa Thailand ya... 


 TASIK MOMENTS! THANKS NENG WINDA AND DE POPY :D 
click to enlarge the photo