Wednesday 26 December 2018

Kajian Pembina Punk Surabaya

Aku belum pernah datang ke kajian Islam. Biasanya agar bisa mendengarkan kajian aku putar radio dakwah islam (khusus malang RDI 100.5 FM) atau cari-cari aja gitu di Youtube sesuai kebutuhan, misal pingin tahunya tentang riba. Ok kuketik aja 'Hukum Riba', lalu banyak kan itu keluar video-video kajian tentang riba. Nontonnya bisa sambil tiduran atau makan gorengan, bisa sambil berdiri atau tiduran. Selow abiz.

Hari ini tapi aku datang ke kajian, untuk pertama kalinya dalam hidupku aku datang secara sukarela (biasanya datang karena dipaksa bapakeeee). Aku datang karena tertarik dengan tema dan pembicaranya. 

"Git emang kenapa temanya? Siapa pembicaranya?"

Temanya tentang hijrah, pembicaranya adalah Ustadz Aditya Abdurrahman atau biasa dipanggil Kang Aik. Bukan ustadz lulusan pesantren atau jurusan dakwah beliau ini, tapi seorang punk yang sudah mempelajari Islam lebih jauh. 

"Oooh."
"Iya, ada punk-punk-nya itu yang bikin aku tertarik." 

Kajian ini dilaksanakan di Masjid Jendral Ahmad Yani Malang pukul 09.00 WIB jadwalnya, tetapi realisasinya pukul 10.00 WIB. Malam sebelumnya aku coba-coba cari di Youtube dulu tentang Ustadz Kang Aik ini, okelah mayan aku ok nih sama orangnya.

Kang Aik pagi itu meluruskan dulu persepsi kami tentang punk siapa. Beberapa dari kami berkata bahwa punk itu yang ngamen di lampu merah. Ada juga yang berkata bahwa punk itu yang suka ribut aja haha. Kalau bagiku punk selama ini adalah: anti kemapanan. Semua anggapan kami ternyata salah. Punk yang sebenarnya adalah: anti dengan ketidak adilan. Biasa diwujudkan dengan musik atau apapun. Punk yang asli bukan berasal dari kelas ekonomi bawah (yang mungkin lebih dikenal dengan punk street) tetapi ekonomi menengah, dengan budaya literasi tinggi sekali. Tentunya untuk mengerti letak ketidak adilan itu seberapa jauh mereka harus banyak membaca, sepertinja begitu.
Punk yang asli di masanya tidak terlalu pusing soal penampilan. Rambut tidak harus mohawk, paling kaos aja yang sering pakai hitam. Ketika ada demo-demo tentang ketidak adilan, misal demo buruh, anak punk sering menyusupi. Pakaiannya bisa dikenali, pakai jaket hitam dengan hoodie, masker, bendera anarki, dan tas punggung yang isinya molotov. Ya, mereka mempersiapkan kemungkinan terburuk.

Kang Aik banyak membaca dan ikut berbagai forum tentang punk untuk memperdalamnya, karena dia merasa yang begini-ini cocok banget sama dirinya. Namun makin tahu makin dia memahami bahwa punk juga tidak suka dengan hukum-hukum Islam (dari sudut pandang Kang Aik, karena dia muslim), hukum kan mengatur sehingga terasa 'ketidak adilannya.' Ini adalah salah satu alasan mengapa dia lalu memilih berhijrah. Singkat cerita, Kang Aik meninggalkan punk-nya. Kawannya, band-nya, semua pemahaman yang dia cari selama ini.

***

Di kajian ini ada tiga pertanyaan yang dijawab oleh Kang Aik. Pertanyaan pertama dari aku, kedua dari seorang ikhwan, dan ketiga dari seorang akhwat.

PERTANYAAN KE-1 (dari aku :p):
1. Apa persepsi utama yang harus diluruskan ketika berdakwah dengan seorang punk?

Tidak ada yang utama ataupun khusus. Tapi kita harus tahu apa yang mau disampaikan dan bagaimana menyampaikannya. Apa yang disampaikan ini bisa diambil dari menjajaki kebutuhan mereka dan problema hidup dia apa 

Lalu bagaimana menyampaikannya ini kuncinya adalah kita harus menyampaikan pada timing, kata-kata, dan gaya bahasa yang tepat. 

Contohnya pas ada teman kita tertimpa musibah gitu. Jangan sampai semenit setelah dia tertimpa musibah kita langsung menceramahi dia dengan ayat-ayat Al-Quran, bisa tersinggung orangnya. Buka dulu hatinya dengan meluruskan jalan pikirannya dan menyelipkan nama Allah sedikit demi sedikit.

2. Saya tahu ada band metal namanya Purgatory. Meskipun metal tapi setahu saya mereka sebelum mulai nyanyi pasti berdakwah, bahkan lirik lagunya punk tentang Al-Quran. Pertanyaan saya boleh nggak sih kita mendengarkan lagu-lagu mereka ini?

Purgatory baik jika didengarkan oleh pada pendengar musik yang masih jauh hatinya dari Allah. Kadang kan yang datang ke gigs-gigs itu sulit diajak belajar agama, mungkin dari dengar sholawat (yang dilantunkan Purgatory) ini bisa memberi mereka hidayah. Tapi kalau untuk yang sudah lebih kenal Allah ya nggap perlu. Lebih baik dengarkan ayat-ayat Al-Qur'an saja, kan gitu?

(info tambahan bukan dari Kang Aik) 
Band metal kebanyakan menciptakan lagu dan style-nya terinspirasi dari sesuatu yang sangat horor. Nah bagi purgatory, neraka adalah yang paling horor! Gitu. Jadilah mereka selalu membuat lagunya berasal dari ayat-ayat Qur'an, mengingatkan tentang neraka maupun hari akhir. Kadang sebelum menyanyi mereka berdakwah atau pun sholawat-an. 

PERTANYAAN KE-2:
Bagaimana cara berdakwah yang baik?

Berdakwah yang baik itu awalnya harus bisa membuka hati audience-nya. Contohnya menyesuaikan pakaian.
Misal seperti saya sekarang ini. Saya memberi kajian di antara anak muda, makanya saya pakai kemeja, topi, dan celana jeans (tidak ketat dan masih di atas mata kaki). Tapi tetap sesuai syariat dan menutup aurat.

Menjadi muslim yang baik adalah bagian dari dakwah itu sendiri. Semisal di kantor. setiap azan kita selalu bergegas ke masjid. Lalu ada teman yang ada dalam masalah, maka otomatis dia akan merasa kita yang 'orang benar' ini (karena selalu sholat tepat waktu) bisa jadi tempat mencari solusi. Di situlah kita bisa mengarahkannya menuju jalan yang benar.

PERTANYAAN KE-3: 
Bagaimana cara mengingatkan fanatik bola yang sampai melewatkan waktu sholat, padahal tujuan kita nanti adalah akhirat? 

Kalau dia yakin dengan adanya hari akhir ya harusnya nggak akan demikian (sampai melewatkan waktu sholat). Jangan capek mengingatkan karena inti dakwah bukan hanya hasilnya tapi kesabaran kita untuk konsisten dan istiqomah menyebarkan.
Misal Nabi Nuh. Meski pengikut di kapalnya sedikit tetapi dia tetap dimuliakan oleh Allah kan. Ingat, hasil itu urusan Allah.

***

PS: isi kajian ini aku ceritakan lagi dengan bahasaku sendiri. Kalau mau versi aslinya bisa dilihat di video ini okkkk!

bagian pertama:


bagian kedua: