Monday 24 June 2019

Alergi Kentes

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 

"Git Kentes itu apa?"
"Alergi Kentes itu nama band punk hahah habisnya kalau dengar alergi ingatnya Alergi Kentes ajah!"

Bagaimana seandainya kalian tiba-tiba dilarang keras untuk melakukan hobi kalian?
Misal sukanya renang, tiba-tiba dilarang kena air. 
Atau yang suka makan tiba-tiba dilarang makan!
JENG JENG!

Aku mengalaminya kemarin dong, saudara-saudari. 

Entah dalam setahun atau dua tahun terakhir aku mengalami iritasi. Awalnya di jari-jari tangan. Jari-jariku awalnya berasa kering gitu, lama-lama pecah-pecah. Ada di satu jari yang sampai berdarah gitu. Saat itu aku masih kerja di Jakarta. Kubawa ke dokter kulit di JMC. Berdasarkan dua dokter yang kutanya aku mengalami iritasi akibat kulit tanganku nggak tawar dengan bahan kimia misal sabun cuci dan sabun mandi. Untuk sabun mandi yang awalnya pakai Lifebuoy disuruh ganti sabun bayi atau Dove (dua sabun ini mengandung moisturizer lebih banyak dibanding sabun biasa).
Ini jariku ya bukan jarinya Thanos ya
"Selain itu aku juga disuruh berhenti berkontak dengan sabun cuci, piring maupun pakaian." 
"Lah lalu gimana, Git, kalau nyuci-nyuci begitu?"
"Disuruh kasih ke pembantu. Tapi terus kubilang, pak bu dokter saya ini anak kos...."
"Hahahah. Jadi?"
"Pakai sarung tangan pas nyucinya." 


Dokter juga memberi salep dan lotion untuk memulihkan iritasi tersebut. Cuma kok setelah berapa hari aku melakukan saran dokter tanganku masih aja kaya gitu. Sampai akhirnya aku pindah kerja ke kota yang membasarkanku, Malang. Di kota ini aku kembali bertanya ke dokter kulit, jawabannya sih sama. Salepnya sih mirip teksturnya, juga lotionnya. Tapi alhamdulillah di dokter ini tanganku membaik. Meski bentuknya nggak kembali semula, tapi sudah nggak pecah-pecah lagi. 

"Apa maksud nggak kembali semula itu, Git?"
"Jari tanganku nggak ada sidik jarinya masa!"

"Laaah?"
"Iyaaa jadi pas cap jempol bikin paspor kemarin ya nggak kecetak apa-apa di tempat sidik jarinya hahaha sedihlah." 

Beberapa bulan setelah kesembuhan jariku, ada masalah lain yang kuhadapi. Kali ini di jempol kaki kiri dan telunjuk tangan kanan. Khususnya yang telunjuk tangan kanan itu suka gatal di saat-saat tertentu. Kadang pas malam hari. Aku nggak terlalu memperhatikan kapan gatalnya datang. Pernah pas jam 2 malam gatal, bikin kebangun haha. Kadang ya sore-sore aja. Kadang kugaruk biar puas lalu timbullah tonjolan-tonjolan kecil, kadang kuoles minyak zaitun saja biar nggak kugaruk.
Jari telunjuk yang suka kegatelan (ini pas lagi nggak gatal)
Soalnya ya gitu kan, gatal kalau digaruk tuh enaaaa tapi makin gatal. Numani nek jare wong jowo!

Sekian bulan aku kegatalan, akhirnya aku bawa ke dokter kulit karena tidak tahan. Dokter menilai ini aku kena eksim apa gitu deh. Nah tapi doi juga baru tahu kalau sidik jariku ini kok udah nggak nampak lagi. Lalu kesimpulannya: aku punya alergi.

"What? Alergi apa, Giiit?"

Dokter pun nggak tahu alergi apa. Aku disuruh tes lengkap tentang alergi di laboratorium (dokternya kasih rujukan ke SIMA Lab). Sebagai pasien yang baik dan polos aku mah ngikut aja disuruh  tes lengkap gitu haha. Mahal sih, tapi yaudahlah kan pingin sembuh ya.

"Emang berapa duit, Git?"
"Harga dalam rupiah nih ya: 2,2 juta dapet kembalian dikit."
"Haaaaaaaaaa!" 
"Yeah, dan hasil lab cuma dua lembar kertas A4 80 gram bertuliskan penyakitku. Wkwkwkwk." 

Hasil tes kuperoleh sebelum lebaran. Cukup mengejutkan hasilnya, karena ternyata aku alerginya banyak! Sebetulnya prosentasenya masih kecil cuma kalau dihantam terus menerus ya jadinya makin-makinlah alergi itu. Kata dokternya sih gitu yaaaa. Beberapa yang harus kuhindari berdasarkan hasil tes itu adalah:
1. Susu kambing
2. Ayam
3. Daging sapi
4. Udang
5. Makanan dan sari laut
6. Strawberry
7. Nanas
8. Kacang kedelai
9. Gluten (banyak terdapat di tepung terigu dan tepung gandum)
10. Coklat
11. Debu rumah.

"Lah jadi yang boleh apa, Giiit, kok banyak gitu?"
"Ikan air tawar, telor, bebek, daging kambing, kacang, debu halaman rumah, dan kucing kata dokternya boleh. Eh tapi kepiting boleh masa. Dokternyat pun bingung hahah."

Hasil lab memang agak random gitu ya yang dites. Masa ada debu rumah, kecoa, bermain dengan kucing, endesbre endesbre.... Makanya setelah keluar hasil tes yang mahal itu aku masih kudu balik ke dokter untuk menerjemahkan maksudnya.
Semua prosentasenya masih di angka rendah, yang terbesar adalah gluten dan debu rumah.

Kali ini dokter nggak memberi salep buatku, aku hanya diminta menghindari yang harus kuhindari agar tanganku kembali normal.
Hasil tes alergi laboratorium
Dan begitulah kehidupanku setelah tahu hasil tes. Kalau makan di rumah aku cuma bisa nasi sama telor. Ya namanya masakan rumahan ya, nggak pernah sih ibuku masak kambing (kecuali idul adha), bebek, maupun rajungan/kepiting. Aku hanya bisa lihatin orang tua aku makan bakwan udang, ikan pindang, dan makanan laut lainnya Untung sambal masih boleh, bisa pingsan ya udah makan ga pakai kecap sambal pun tak boleh hwahahhaa.

Cuma ya, beberapa hari kemudian kan ketemu lebaran. Aku yang setiap tahun selalu mudik ke lamongan dan menggila makan ikan laut di sana, tentu saja jadi pendiam. Pendiam dalam artian nggak banyak makan dan ngemil. Secara di sana yang disajikan adalah ikan laut dan kue lebaran (hampir semua pastinja mengandung tepung wkwkkw). Sedih. Tapi aku coba aja demi sembuh. 

Sudah tujuh hari lebih aku cuma makan yang dibolehin aja. Tapi nggak banyak perubahan di tangan dan jempol kakiku. Memang sudah nggak gatal, tapi kok masih begini ya kulitnya? Apa perlu waktu lama ya untuk kembalinya? Kemudian datanglah saudara jauh (dia kalau manggil bapakku Mbah haha). Aku cerita kenapa kok aku kaya diam-diam aja di depan kue lebaran padahal biasanya semua aja disikat.
Lalu dia menyarankan daripada menghindari makanan-makanan itu dan menyedihkan (karena aku ditawarin apa geleng-geleng terus hahah) mending coba pakai salep namanya Dermovate. Doi pengalaman anaknya dulu katanya gatal-gatal juga, dikasih Dermovate ini lukanya kering dan gak gatal lagi sampai sekarang.
Tapi salep yang kudu asli Arab, karena ada yang buatan Indonesia pernah dicoba kaya nggak ngaruh gitu dipakai. Malam itu juga aku diantar beli Dermovate di Embong Arab (nama daerah yang emang banyak orang arabnya gitu hahah).
Hahah masih ada harganya dong 
Sejak besoknya hingga hari ini aku masih aktif memakai Dermovate sambil nggak lagi menghindari makanan-makanan yang katanya membuatku alergi. Gatalku hilang, dan kulitku berangsur-angsur membaik. Tapi masih ada bekas pecah-pecah kulitnya (yang di jempol kaki). Aku senang bisa makan apa-apa lagi. Tapi aku masih menanti-nanti apakah Dermovate bisa mengembalikan kulit gatalku ini menjadi seperti semula atau bisanya sampai segini-ini aja.

Apakah ada yang pernah pakai Dermovate? Share ya di kolom komenter. Terima kasih. 

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.