Monday 6 January 2020

Suamiku ke Majene

Lalu aku ikut.....

*** 

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, teman-temin. Aku senang banget dapat rejeki pergi ke Sulawesi! Yeaaaay. 

"Git, ke Sulawesi doang seneng amat?"
"Hehehe iya soalnya belum pernah aku ke sana. Eeewww ini sekalinya ke sana perginya sama suami." Kyaaaaa!

Suamiku dapat amanah untuk mengisi seminar di Majene di hari Sabtu tanggal 21 September 2019 (tahun kemarin ini iya benarrrr HAHAHAHAHAH mon maap nulisnya lamaaaa sibuk sibuk sibuk). Sebetulnya undangan ngisi seminarnya memang hanya buat suamiku saja, eh tapi terus akunya diajakin ikut buat nemenin. Waaa ya mau banget dong aku! Mana ke Sulawesi pula. Belum pernah loh aku ke sana sama sekali.
Kami berangkat penerbangan sore hari Jumat dari Jakarta menuju Makassar. Setelah taruh barang, kami makan dulu. Palu Basa di Jalan Serigala XIV, Mamajang.

Gila, keren banget gak sih nama jalannya! Serigalaaaaaaaaaaaaaaaaaa tanpa bulu domba.

Palu Basa Serigala
Palu Basa adalah daging sapi yang dimasak dengan apaan gatau huahahah pokoknya kuahnya coklat bening, banyak koya kelapa sangrainya, dan dimakan dengan nasi. Kami pesannya yang pakai telor. 
Telornya mentah gitu loh ditaruh di dalam kuahnya, tapi anehnya nggak eneg makannya. Kenapa ya? Apa karena kuahnya panas, jadi itu telor perlahan matang dengan sendirinya. Tsahhhh~
Ini kenapa yang aku foto nasi-nasinya gitu? :/
Kuah Palu Basa sebetulnya nggak ada rasa, makanya kita dikasih garam dan jeruk di meja untuk racik rasa sendiri. Tapi kok aku nggak merasa itu nggak ada rasa ya? Enak-enak aja tuh rasanya.

"Mungkin karena cinta itu buta, Git!"

Harga semangkok Palu Basa Rp20.000,00 sekian; dengan isian daging dan jerohan (campur). Bisa pesan yang daging aja kalau nggak mau pakai jerohan. Harga tersebut belum dengan nasi dan telornya. Menurut aku harga segitu dengan rasa seperti itu pantas karena uenaakkkkk. Suamiku aja nambah!
Serigala tak pernah (ke)sepi(an) wkwkw
Total yang kami bayar makan di sini adalah Rp133.000,00 dengan pesanan: 4 porsi pallu basa, 4 porsi nasi putih, 3 buah telur, dan 3 buah teh botol.

Majene! 
Hari ke-2 di Pulau Sulawesi aku menemani suamiku ke Majene. Perjalanan dimulai dari pukul 4 pagi ditempuh dalam waktu 6 jam dari Makassar. Sorenya kami langsung balik ke Makassar.
Nggak ada yang spesial di Majene, kecuali nonton suamiku di atas panggung. Hihiw asikkkk.
Abang lagi kasih ceramah

Pare-Pare
Monumen Bapak Habibie dan Ibu Ainun
Kami melewati Pare-Pare dalam perjalanan menuju Makassar. Suamiku kepingin mampir ke Monumen Cinta Sejati yang dibuat untuk mengabadikan Pak Habibie dan Ibu Ainun. Yah oke, lalu kami mampir. Meskipun saat itu udah pukul 9 lebih sedikit waktu setempat, tapi masih ramai aja dikunjungi orang.

Coto Nusantara
Biasanya kalau lagi plesir gini sedih ketemu hari terakhir, tapi tidak kali ini. Hwahahah gatau nih aku senang banget ini hari terakhir! Kaya udah capek aja gituh. Lagi gak mood aja kali ya? Entah.
Suamiku pagi itu lari-lari sebentar ke Pantai Losari. Aku? Tiduran aja di kamar hahah. Gak bawa baju olahraga soalnya.
Masjidnya kelihatan keren ya?
Kami menginap di Swiss-Bell Hotel. Tempat nginap kami dekat sekali sama Pantai Losari, Benteng Fort Rotterdam, dan CFD (khusus Minggu pagi). Sepanjang jalan menuju Losari juga banyak yang jualan Pisang Epe (tapi kami ga sempat cobain ini hihi).

Setelah sarapan di hotel aku dan suamiku pergi ke Benteng Fort Rotterdam. Masuknya gratis dong! Bayar guide-nya aja (kalau pakai). Karena aku memburu waktu agar jam 11 sudah jalan ke bandara, jadi aku nggak pakai guide. Jadilah muter-muter benteng nggak jelas aja. Kusarankan kalau kalian banyak waktu pakai guide aja deh kalau muterin Rotterdam, soalnya kayak tak tentu arah gitu tanpa adanya guide hyahahaha.
Tengok benteng dari atas
Kami naik becak menuju jalan Nusantara dari Rotterdam. Kami akan makan coto di Jalan Nusantara. Berdasarkan rekomendasi teman-temannya suami aku sih Coto Nusantara ini oke punya.

"Bedanya Palu Basa sama coto apa, Git?"
"Coto dimakan pakai lontong atau kupat. Palu Basa kan pakai nasi."

Coto Nusantara buka mulai pukul 7 pagi sampai 6 sore. Ramai banget pagi itu, kami menunggu beberapa saat untuk dapat tempat duduk. Sepertinja pengunjung bukan cuma turis domestik tapi juga warga Makassar sendiri.
Coto dan buras jodoh dari lahir
Kami pesan coto campur dua porsi, satu aku dan satu suamiku. Gigitan pertama kurasakan untuk babat, aku kunyah lamat-lamat... tapi kemudian aku lepehin hwahahaha. Berasa kurang matang gitu sih habisnya. Lalu untuk babat-babat selanjutnya aku nggak makan, isian coto lainnya aku makan.

Total yang kami bayar makan di sini adalah Rp63.800.00 dengan pesanan 2 porsi coto, 1 buah buras, dan 1 gelas teh manis.

Okeh okeh, kukasih tahu sesuatu yang penting ya. Aku lebih cucok makan palu basa dibanding coto.

Otak-otak Bu  Elly
Kami disarankan oleh teman kantor suami aku kalau mau beli oleh-oleh di Bu Elly aja. Lokasinya di Jalan Kijang no 7C. Kalau yang mau cobain gogos disini juga bisa loh!

Bu Elly tidak cuma sedikan otak-otak untuk buah tangan, ada juga kepiting telor, udang segar, ikan kering sunu, abon tengiri, gogos tengiri, lumpia, pisang ijo asli pandan, sambel kuning, dan banyak deh hwahahhaa. Pingin dibeli semua dimakan sendiri rasanya. -_-"
Kira-kira Bu Elly yang kaos merah bukan ya?
Otak-otak Bu Elly tersedia dalam berbagai paket dus. Kami beli 1 dus yang isi 15 buah seharga Rp98.000,00 dan yang isi 10 buah seharga Rp70.000,00. Mahal ya? Tapi enak sih emang otak-otaknya. Gogosnya aku beli satu buah untuk langsung kumakan. Satu buah gogos harganya Rp7000,00.
Ada dua macam gogos yang dijual di sini yaitu yang hitam dan yang putih