Friday 26 December 2014

Gunung Banyak

Jalan-jalan padat banget sejak Rabu siang, karena semua pada merayakan long weekend. Bagi yang kebagian long weekend, sih.  Aku sih enggak. Libur natal tetap hanya sehari, nggak ada cuti bersama, dan Sabtu juga aku tetap masuklah seperti biasa. Tapi ahai ahai, namanya libur meski cuma sehari juga tetap libur kan? Jadilah aku kali ini ke Batu. Yeehaaaa. 
Kota wisata yang satu ini dapat ditempuh dalam hitungan menit dari Malang my current city. Perkenalkan, bagi kalian yang belum pernah mengunjungi kota ini, Batu adalah kota wisata, dengan setiap penduduknya yang sudah dididik menjadi penduduk kota wisata. Kota ini bangga banget dengan singkatannya KWB alias Kota Wisata Batu haha. Lihat aja pasti banyak orang nempel stiker gitu dimana-mana. Batu adalah kota yang indahnya nggak cuma bisa dilihat dengan mata tapi juga hati. Gunung-gunung adalah pagarnya. Saat mendung kota ini bisa saja cuma sejengkal dari awan hitam, karena ketinggiannya yang menawan. Setiap malam hanya dengan melangkahkan kaki keluar pagar rumah kita bisa melihat starhill. Udaranya selalu segar. Air buat mandinya juga dingin enak, kayak Es Degan hwehehehehe :') Bisa bayangkan kan betapa bagusnya kota ini. 

Tempat sampah kota wisata sejati
Perjalanan menuju kota Batu dimulai dari rumah, sekitar pukul 17.20 baru keluar cari angkot LDG (cegat di Jomplangan) yang langsung menuju terminal Landungsari. Tarif terbaru adalah Rp4000,00 saja. Turun di pos polisi, lanjut naik angkot warna ungu nge-pink gitu dengan harga Rp4500,00. Angkot ini jurusan Batu, tapi nggak semua kota Batu dia puterin. Pemberhentian terakhir di terminal Batu. Oiya perjalanan kali ini aku menginap di rumah teman namanya Aul, rumahnya di Jalan Bukit Berbunga daerah Sidomulyo. Keren ya nama jalannya. Sepanjang jalan itu memang orang pada jualan tanaman dan bunga gitu sih.
Menuju Sidomulyo kalau sebelum maghrib biasanya naik angkot warna oranye dari terminal situ. Tapi setelah magrib sulit cari angkot ini, jadi lebih gampang naik ojek. Bayarnya Rp10000,00 aja!

Malam itu aku baru tidur jam 12. |-)

***

Perjalanan ke Batu kali ini untuk entah ke berapa kalinya (tapi nggak sampai yang ke sepuluh juga sih karena meskipun dekat aku jarang banget kesini n_n). Batu memiliki banyak tempat wisata baik buatan maupun yang alami. Tapi baru dua dari sekian banyak yang aku pernah datangi, Jatim Park 1 dan Alun-alun Batu :'D

Kali ini tujuanku adalah Gunung Banyak. Lebih sering disebut Paralayang, sih.

#cupubarukesinipertamakali #yagimanagaadayangngajakin

Sengaja tidak bawa kendaraan pribadi, aku pingin tahu kalau ke Gunung Banyak angkotnya apaan. Sidomulyo menuju Gunung Banyak ditempuh dengan dua kali angkutan umum. Pertama angkot oranye sampai ke terminal Batu. Setelah itu naik bis Puspa Indah turun di Pandesari. Atau bilang turun Paralayang kernetnya pasti paham. Di Pandesari aku diturunkan di seberang masjid yang cukup besar di sebelah kanan jalan. Sebelah timur masjid itu ada gang, itulah jalan menuju Gunung Banyak :-) Kalau baca di blog beberapa orang untuk menuju Gunung Banyak bisa naik ojek dengan tarif normal dari gang itu. Tapi kemarin ko ga ada pak ojek berkeliaran yah? Haha. Entahlah. Tapi aku dan Aul juga tidak ingin naik ojek, sejak awal memang diniatkan untuk jalan kaki saja. Selain itu di papan penunjuk sebelum gang tertulis hanya 1,5 km menuju Paralayang. Cukup dekat, kan? Apalagi ini di Batu, tempat yang aku tuju ada di ketinggian pula. Jalannya pasti melawan gravitasi, membentuk sudut dengan garis horizontal. Pastilah seru dan banyak pemandangan bagus di sisi-sisi jalan, yang membuat kita lebih semangat untuk jalan kaki. Ternyata, ya memang benar demikian...


Coba tengok kiri

Jalan panjang menuju langit biru~

Tidak banyak orang yang menuju Gunung Banyak dengan jalan kaki. Jadi beberapa kali ada 'penyemangat' yang lewat dengan naik motor, ada juga yang memandang dengan heran aku dan Aul. Haha risih banget. Tapi biarlah. Kalau bisa kita berlama-lama aja kan sama pemandangan seperti ini?

Sebagai persiapan aku sudah bawa senjata musim hujan yaitu jas hujan, sedangkan Aul membawa payung. Namun kebetulan siang itu sedang teduh. Meski beberapa menit sempat ada titik hujan yang menetes di kulit, tapi ternyata tidak sampai gerimis. Hanya saja si Aul ini tetap pakai payung, mungkin ini juga kenapa selama perjalanan yang lewat pada 'menyemangati' dan memandang aneh hahaha-_-'

Jangan sampai kepanasan katanya hahaha padahal kan teduh gini, Aul :-(

Perjalanan dari gang depan menuju Gunung Banyak ditempuh sekitar 30 menit saja. Jalannya mudah, tapi kalau belum pernah kesini akan lebih baik sambil bertanya pada penduduk sekitar. Beberapa persimpangan diberi tanda, tapi nggak banyak.

Pertigaan pertama yang ada penunjuknya

Di antara dua pilihan? Pilihlah jalan mendaki!

Gunung Banyak adalah namanya. Di puncaknya ada dua tempat kunjungan yaitu untuk Paralayang dan Omah Kayu. Sepertinya Omah Kayu ini wisata baru. Entahlah. Atau aku aja yang baru kesini. Hahaha. Tarif per orang masuk Gunung Banyak adalah Rp5000,00. Kalau bawa kendaraan parkirnya bayar lagi.

Pertama aku ke Paralayang dulu. Subhanallah sekali aaaahhhh keren. Terbukti, apapun yang dilihat dari ketinggian itu pasti indah. ;-) 

Mirip maket dengan nilai A

Gita Ceria, perbatasan kota dan hutan ringan :-D

Sejengkal dari awan hitam

"Bukit dan sepeda. Pasti akan ada hari saat kita bisa seromantis ini" 

Sesuai namanya yang terkenal, Paralayang, disini adalah tempat bertolak bagi yang akan melakukan Paralayang. Tarifnya sekali terbang Rp360000,00 (nguping orang, wkwkwk). Tapi sepertinya kemarin ditawar bisa jadi Rp350000,00. Bagi yang merasa tidak lihai terbang bisa pakai pemandu. Jadi kita terbang tapi yang menyetir pak pemandu, yang sudah ahli itu. Senang bangeeet lihat orang-orang pada terbang. Aku sendiri kepingin coba, tapi duitnya ko ngepas fwehehehe :-B 

Selamat jalan

Pecaaaaaaahhh bapak ini terbang sendiriii

Sepertinya pemakaian tongsis sudah begitu membumi dan mengudara yah, sampai menyentuh puncak Gunung Banyak. Hampir setiap orang yang terbang selalu membawanya kecuali yang terbang sendiri. Maksudnya jelas untuk dokumentasi saat terbang. Sampai koordinatornya tanya pas ada yang siap terbang: "Siap? tongsisnya sudah?" Wah sudah kayak perlengkapan utama aja yah. Gawats, aku ko nggak punya :-D  

***

Tujuan kedua adalah Omah Kayu. Sebetulnya akunya nggak ingin kesini. Tapi Aul-nya mau. Ah tapi aku juga sekaligus melarikan diri dari para penerbang paralayang, karena semakin dilihat semakin kepingin sih. Tapi yah bayarnya gimana buahahahah :-(

Menuju Omah Kayu

Tarif masuk Omah Kayu Rp5000,00/orang. Tidak ada yang ditawarkan disini selain kita duduk-duduk aja di teras rumah kayu. Memandangi kota, sedikit ketutup pohon. Tetapi bagi generasi foto liar, ini adalah spot bagus untuk foto. Tersedia lebih dari empat Omah Kayu disini, tapi nggak sampai delapan buah. Masing-masing Omah Kayu dipasang papan petunjuk bahwa maksimal hanya tiga orang yang boleh masuk. Tapi banyak juga yang melanggar :-( Padahal kalau runtuh dalamnya nggak main-main loh! 

Foto panorama horor, ko bisa gini yah :-( I'm brainless
Sehari saya minum dua! :-D

Pengunjung setiap Omah Kayu tidak dibatasi berapa lama boleh berada disana. Jadi kalau yang ditunggu sedikit lama berarti kita kudu sedikit bersabar. Hwehehehe. 

***

Untuk kembali ke Sidomulyo aku tetap naik kendaraan yang sama yaitu Puspa Indah. Kemudian bersambung dengan angkot oranye.

Perjalanan pulang lebih singkat. Selain karena searah dengan gravitasi, kita juga sudah tahu jalan jadi bisa melangkah mantap tanpa ragu :-D Ah iya satu lagi. Karena perjalanan pulang tujuannya adalah ke rumah; yang hangat nyamannya sudah begitu kita rindukan. Home sweet home~




Terima kasih buat Aul yang sudah berbagi kasur buat tidur dan keluarga Aul yang baik banget. Terima kasih buat bapak dan ibu penguasa Gunung Banyak yang mau memberikan petunjuk sampai ke puncak. :-D 


12 comments:

  1. Arrgghh keren mba, pingin kesana kalau bawa motor lewat mana ya?
    dulu pernah kesana sama temen tapi gak tau apa2 wuhhu. Salam kenal, main2 jg ke rumah gw mba :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepertinya banyak jalan tp lewat Pandesari jg bisa pakai motor.

      Delete
  2. GIT... FOTO BRAINLESS GITU GIMANA CARANYA???? thumbs up thumbs up!

    ReplyDelete
    Replies
    1. ICAAAAN AKU TAHU INI ENGKAAAUUUUW! \(n_n)/

      Yah aku juga ga ngerti can itu foto temanku yg ambil pakai pano, ngeri kali. Ko dikasih jempol siiiiih-___-

      Delete
  3. GITTT aku ican (YANG YNY BARU YCAN!)

    GYT YTU FOTO ASYK BANGET LHO BERASA KAYAK VYDEOKLYP NYA BJORK!
    SEBUAH MAKHLUK ALYEN YANG TERSESAT DY PERUT SEORANG YBU DY BUMY LALU DYLAHYRKAN SEBAGAY MANUSYA

    ReplyDelete
    Replies
    1. can aku merasa terlahir cacat tau ga punya otak gitu, ngeri kali -_-knp kau malah memuja2 daku.

      Delete
  4. Mbak, bis Puspa indah di terminal batu kira susah apa Ndak ya? Salam kenal^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. gak terlalu kok, Anggun. Pada waktu itu sih. Lebih amannya tanya aja sama Pak Polisinya. Salam knl juga Anggun n_n

      Delete
  5. Makasi atas jawabannya, btw sesudah turun di pandesari lalu jalan menuju paralayang itu jauh banget apa nggak ya? Beneran 1.5km aja ta? Makasi infonya

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaa rasanya sih 1,5 ya. 2 km lah. Tapi ga rugi kok jalan (kalau misal lebih dari 2 km hahah-__-) soalnya pemandangannya oke bangettttt asli

      Delete