Sunday 13 May 2018

Pendakian Semeru: Minoritas di Tanah Sendiri (1/3)

Aku pingin banget ke Gunung Merbabu, betul-betul aku mendambakan bisa diajak ke sana. Orang bilang Merbabu bagus sih makanya aku tertarik banget ke sana. Tapi ternyata rejeki aku ke Semeru duluan...

"Kaya nyari pensil nemu emas ya, Git?"

Teman kerja aku yang bernama Aldo-lah yang berjasa mengajak aku ke Semeru kali ini. Awalnya kami rencana naik tujuh orang, tapi yang dua berhalangan sehingga di hari keberangkatan kami berlima aja. Anggota pendakian kali ini adalah:

1. Aldo Muharman/Aldo: kawan kerja aku
2. Filliyani Sagita/Gita: ya ini aku haha
3. Novia Lisa/Ka Ica: kawan SMA-nya Aldo
4. Yones Ramanugraha/Yones/Da Jon: kawan kuliahnya Aldo satu jurusan
5. Umar Satria/Umaru: kawan kuliahnya Aldo satu jurusan juga

Di antara kami berlima hanya Aldo yang sudah pernah ke Semeru, di tahun 2017 lalu.
Di antara kami berlima hanya aku yang orang Jawa, sisanya Minang semua.
Di antara kami berlima hanya Ka Ica yang kuliahnya jurusan Hukum, lainnya Teknik Sipil.
#pentinggakpenting 

21 April 2018

Gunung Semeru terletak di perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Puncak tertingginya yaitu Mahameru terletak 3.676 meter di atas permukaan laut. Gunung Meru, yang sekarang dikenal dengan Semeru, dipercaya oleh masyarakat Hindu sebagai tempat bersemayam para dewa. Lengkapnya baca aja di laman yang aku baca: Legenda Gunung Semeru dan paku bumi Jawa
Itu mbak yang kerudung merah muda nggak tahu siapa haha
Kami semua kecuali Yones berangkat dari Jakarta tujuan Kotabaru Malang menggunakan kereta api  ekonomi Jayabaya dengan harga per orang Rp260.000,00. Kereta tersebut berangkat dari Jakarta pukul 1 siang dari Stasiun Senen. Hampir saja Umaru dan Aldo terlambat...
Yones akan naik kereta yang sama tetapi dari Stasiun Gubeng Surabaya sekitar pukul 1 pagi, karena doi berangkat dengan pesawat dari Pekanbaru tujuan Juanda Surabaya.

Sekitar jam 10 malam di kereta aku masih terjaga. Pingin deh tidur, Ka Ica yang di depan aku seperti sudah hampir-hampir terbang dibawa mimpi. Aku akhir-akhir ini suka susah tidur kalau di kendaraan umum, nggak paham kenapa. Harus paksa pejamkan mata dulu baru terangsang ngantuknya. Padahal dulu kepala nempel kursi dikit aja udah keok. Aku nggak ada kegiatan banget, nggak ada bacaan. Kawan-kawanku sudah lelap semua. Penumpang lain juga. Ekspresi orang-orang tidur di kendaraan umum ajaib-ajaib banget! Hahaha.

22 April 2018

Kami dan Kereta Jayabaya sampai di Malang pukul 02.30 pagi. Pagi ini kami akan singgah di rumah aku dulu di Kotalama sambil menunggu pagi. Aku sempat bingung yah dari Kotabaru ke rumah naik apa. Kupikir bakal dijemput bapak aku, tetapi karena kami ini berlima dengan tas yang gede-gede, mobil ga cukup. Jadi babe aku saranin pakai kendaraan daring (online) saja, atau nggak carter angkutan kota (angkot) yang ada di stasiun. Aku coba opsi pertama, gagal, yasudah aku pakai opsi kedua yaitu carter angkot.
Kebetulan ada angkot AMG lagi diem di depan pintu keluar stasiun. Kujelaskan pada pak supir AMG yang bernama Sugeng bahwa tujuan kami ini ke Semeru, tetapi sekarang ke Kotalama dulu mau istirahat. Biaya carter dari Stasiun Kotabaru ke Kotalama Rp30.000,00.
Sarapan rawon sek
Pasar terdekat dari rumahku adalah Pasar Kebalen; Pasar Besar juga dekat tapi lebih dekat Pasar Kebalen. Setelah sholat subuh ternyata kawan-kawan pada tewas, hanya aku dan Aldo yang terjaga. Maka kami pergi ke Pasar Kebalen untuk melengkapi logistik alias bahan makanan untuk berkemah. Tidak semua yang kami pingin tersedia di Kebalen, sisanya kami akan lengkapi di Pasar Tumpang.

Pagi itu kami semua berkemas, mandi, lalu sarapan rawon. Kami berangkat ke Pasar Tumpang pukul 9 pagi. Kami naik angkot yang kami carter semalam, angkot AMG Pak Sugeng, beliau jemput kami ke rumah. Udah janjian ceritanya semalam . Ongkos carter Rp125.000,00. 45 menit kemudian kami sampai di Pasar Tumpang. Kami melengkapi lagi bawaan kami, sambil mencari barengan naik Jeep sampai Ranu Pane.
Dengan kekuatan bersosialisasinya Aldo dapat barengan orang-orang dari Indramayu untuk nge-Jeep. Mereka berangkat dari Indramayu sekitar tiga belas orangan dengan satu orang doang cewenya, rame banget yah. Aku belum pernah sih naik beramai-ramai gitu, pengen sebetulnya. Kayanya seru yah. Biasanya bertiga doang. Ini berlima udah paling banyak. Oh iya Ongkos Jeep per orang Rp60.000,00.
Sawah dengan warna-warna pastel
Perjalanan dari Tumpang menuju Desa Ranu Pane yang terletak di Kabupaten Lumajang sungguh mempesona! Kami melewati tiga pintu masuk wisata air terjun yaitu Coban Bidadari, Pelangi, dan Trisula. Pintu masuknya doang ya... Kami juga melewati hutan-hutan santai, sawah dengan warna-warna pastel, kemudian berhenti di tepi jalan karena tampak padang Gunung Bromo yang sedang teduh dipayungi awan. Banyak orang jual bakso di sekitar pemberhentian ini, jadi pingin hihihi. 
Bromooooo
Kami sampai di Desa Ranu Pane pukul 12.49. Kami sholat kemudian baru urus Simaksi. Dokumen yang diperlukan untuk Simaksi di TKP ini adalah foto kopi KTP dan surat keterangan sehat dari dokter. Sebelum sampai Ranu Pane harus sudah daftar secara daring dulu tapi ya, tentukan juga mau berapa hari berkemahnya karena berpengaruh ke biaya pendaftaran. Kalau kami ini per orang Rp75.000,00 untuk rencana perjalanan 4 hari 3 malam. Harga masuk akhir minggu dengan hari kerja berbeda.

Untuk surat keterangan sehat dari dokter diharuskan bertanggal sehari sebelum hari pendakian, tanpa ada coretan di suratnya. Aku yang periksa seminggu sebelum kemudian tanggalnya aku ganti sendiri menjadi tanggal kemarin jelas disuruh mengulang hahahah.  Tidak jauh mengulangnya, di depan loket Simaksi disediakan ruang kesehatan untuk pemeriksaan. Harga per orang untuk surat keterangan sehat Rp25.000,00. Ini bahkan lebih murah dibanding surat kesehatan yang kubuat dari Jakarta. Aku buat di klinik dekat kos, di daerah Karet Belakang. Biasanya aku bikin Rp10.000,00-an di puskesmas jadi aku kira ya samalah tapi ternyata di klinik ini Rp65.000,00, bujubunengalabuset! Mahal banget kan yaaaa aku juga terkaget-kaget pas di kasir. Memang sih kliniknya bagus, bersih gitu. Makanya aku tertarik bikin di sana.
Saat dokternya membuatkan surat pun aku sudah katakan tolong tanggal suratnya diganti tanggal 21 April, sebagai persyaratan pendakian. Tapi doi gamau khawatir ditelfon sama petugas taman nasional apakah benar tanggal 21 April Filliyani Sagita melakukan tes kesehatan... Doi juga berkata jangan khawatir karena surat kesehatan itu berlaku sebulan. Yah bro dia ga percaya surat kesehatannya kudu sehari sebelum.... yaudahlah ya.... Semoga sukses aja buat diriku ini, kataku dalam hati waktu itu... 

"Lah Git kenapa kamu nggak bikinnya ya pas tanggal 21 April pagi sebelum naik kereta?"
"Karena seminggu sebelum itu aku terancam ada perjalanan dinas dulu ke luar kota, makanya aku urusin seminggu sebelum. Khawatir tak sempat."
Papan putih media pengarahan untuk para pendaki
Sebelum memulai pendakian semua peserta diwajibkan mengikuti pengarahan dari tim Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Pengarahan ini untuk mengetahui jalur mana saja yang akan dilewati, apa yang boleh dibawa dan tidak boleh dibawa, diingatkan untuk bawa balik sampah, dan arahan kalau ingin ke Mahameru (puncah Gunung Semeru). Ke puncak tidak dilarang, hanya saja TNBTS tidak bertanggung jawab kalau terjadi kecelakaan atau semacamnya setelah Kalimati (lahan kemah terakhir sebelum Mahaeru).
Tadi sebelum masuk ke ruang pengarahan kami sempat bertemu dengan pendaki lain yang mau ambil barang titipan dia yaitu tisu basah, dia berkata bahwa membawa tisu basah untuk berkemah dilarang. Alasannya sampah tisu basah sulit diuraikan. Wadaaaw padahal ini buat nyuci piring! Meski saat penyuluhan si abangnya nggak menyebutkan, mungkin lupa apa bagaimana, kami tetap menitipkannya di ruang pengarahan. #anakbaik #anaksoleh

Cuaca Ranu Pane sore itu tidak secerah di Malang. Gerimis menyambut pendakian pertamaku ke Semeru ini. Kami memulai pendakian pukul 15.18. Malam ini kami akan berjalan sampai Ranu Kumbolo dulu, berkemah di sana.
Total ada 4 pos yang kami lewati sampai Ranu Kumbolo, di antara pos 2 dan 3 kita akan memasuki area Watu Rejeng di elevasi 2350 mdpl. Secara umum jalurnya menanjak tentu saja tetapi tidak membuat kita lelah alias nanjak halussssss. Tanjakan terparah ada di awal pos 3, lainnya itu semua woles. 
Aku mencari-cari bulan dan kutemukan dia berbinar setelah kami lewat pos 2, saat sudah memasuki Watu Rejeng. Gerimis sudah mereda.  
Perjalanan kami malam itu ditemani bulan malam itu
Kami sampai di Ranu Kumbolo pukul 21.26.  Belum gemetaran badanku ketika sampai, dinginnya berasa masih sama seperti Kota Batu di malam hari. Tapi lama-lama gemelatukan juga gigiku hahaha... makin malam makin dingin Ranu Kumbolo! Saat sampai kubuka jas hujan dan kusadari kaosku basah banget karena keringat juga air gerimis yang masih lolos dari jas hujan.
Umaru, Aldo, dan Yones sepertinja bikin makan dulu sebelum tidur. Aku dan Ka Ica udah nggak sanggup banget dah ngunyah makanan haha, capek udah tidur aja deh. Tapi malam itu meskipun capek tidurku nggak terlalu lelap. Aku banyak mutar badan ke kanan dan ke kiri, gemetaran, karena aku ga ganti dengan kaos yang kering haha. Aku cuma bawa dua kaos untuk ganti baju, sementara ini baru hari pertama. Khawatir kurang jadi aku korbankan tidurku di hari pertama ini. Semoga besok cerah, jadi kaosku bisa kering. 

Sepanjang jalan sejak dari Jakarta sampai kami di Ranu Kumbolo ini aku mendengar percakapan kawan-kawan sekelompokku dalam Bahasa Minang. Ada yang aku bisa pahami ada juga yang nggak kupahami sama sekali. Aku sedikit saja menanggapi kalau mereka sedang berdialog. Well, padahal ini di Jawa Timur. Aku lahir di sini, besar di dekat-dekat sini, tetapi berasa aku hanya minoritas diantara mereka ini -_-"

Malam itu di langit Ranu Kumbolo perlahan-lahan bintang bermunculan. Awalnya dua kemudian datang kawan-kawannya yang lain, sampai langit hampir-hampir penuh.

"Welcome to Semeru, guys!" Seakan begitu kata bintang-bintang. 


***

P & K
1. Tulisan dan informasi di atas sangat menerima kritik dan saran dari para pembaca. Boleh dikoreksi lohh kalau ada salah~
2. Kalau kamu mau ke manapun saat turun dari Stasiun Kotabaru dan bawa keril apalagi udah tampang Semeru banget, jangan coba-coba pakai kendaraan daring alias online karena mobil kamu bakal dicegat! Setidaknya begitulah kata pak sopir go-car yang saat itu akan mengantar kami pulang tapi nggak jadi.
2. Dari kawan-kawan Minangku aku tahu bahwa kalau pendaki asal Padang itu menyapanya pakai Pak dan Bu huahahaha gatau kenapa. Jadi kalau kalian lagi mendaki di manapun disapa gitu jangan marah ya, berarti mereka orang sono~
3. Meski sedang musim kering di kota tetapi di gunung belum tentu, jadi selalu bawa jas hujan ya.
4. As always, hope for the best and plan for the worst! Perjalanan ke Semeru kali ini aku sedia baterai empat set untuk headlamp-ku. Pikirku, dari Ranu Pane sore gitu. Belum muncaknya yang kudu sebelum subuh, kudu bawa banyak serep baterai nih. Alhamdulillah ternyata terpakai meski nggak semua.
5. Tidak berubah dari perjalanan yang sudah-sudah, Madurasa selalu jadi andalan aku buat dihisap-hisap selama perjalanan. Kalau dibawa ke gunung gini rasanya legit tapi dingin gitu lohh makanya aku suka bangetttt
6. Terima kasih buat kangkawan seperjalananku atas waktu dan kemauannya untuk mendaki dan berteman sama saya (wkwkwkkwkw) sampai ketemu di pendakian selanjutnya yaaa gagagag.
7. Terima kasih sekali sama Allah yang sudah memberi aku kesempatan sehingga aku bisa berjalan sampai ke Semeru. Ya Allah makasih berat yaaaaaaaaaaaaaaaa mau lagi donggg hahaha~


MOMENTS FROM SEMERU
(click to enlarge the photos or direct your cursor to see the titles)












25 comments:

  1. Kami sampai st. senen tepat waktu coy😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya juga sih-__- tp hampir lepas urat jantungku um -_-

      Delete
  2. Ditungguuu lengkapnyaaa, untung rumahmu dekat ya jadi bisa langsung cus.. coba kalau istirahatnya di Sengkaling.. wkwk 😂😂😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. kwkwkw iyoya. lek dari Sengkaling mgkn terbang ae trep -_-

      Delete
  3. kok gak ngajak2 gi😑😑😑

    ReplyDelete
    Replies
    1. minta Aldo pullll. he ini yg ngajak ke lombok mana suaranyaaa hahahha

      Delete
  4. Git kapan namaku ada di blog mu ?

    ReplyDelete
  5. Mesti Gita ini aku gak pernah diajak ������

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku oleh a main ke Kalimantan hbs riyaya wid? tenan iki lo.

      Delete
    2. Gapapa git main aja tapi habis riyaya aku wes pulang ke Jawa, piye git 😅😅😅

      Delete
    3. Kmu naik gunung di sbya aja git gunung anyar sama gunung sari

      Delete
    4. omahmu lak an gunung sari zzz

      Delete
    5. saranku naik gunung harta ajaaa.. ^^

      Delete
    6. dasar Frury oblongata wkwkwkwkwkwkw

      Delete
    7. cari di google masih ada kok moon wkwkkwkwkwkwkw

      Delete
  6. akhirnya bisa baca juga blognya gita.

    kuat itu git naiknya?
    biasanya tasmu kan isinya banyak.

    Gita semakin keren ya, dulu kayaknya naik gunung muntah
    saiki wis iso naik ke tempat yang lebih tinggi ngono haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. kuat ik. selow yg ini ik soale haha. heeee lek seng muntah iku lo kayake pekoro goregane ae ga cucok X__x

      Delete
  7. well.. it's awesome. emang jadi sampe puncak? #purapuragatau
    yang pemandangan gunung bromo nya keren. itu berhenti disana?
    yang di rumah rawon ngulig?

    ReplyDelete
    Replies
    1. malah rawon nguling. mon mon oalah ~_~

      Delete