Sunday 4 November 2018

Kehabisan Tempat Main di Solo (2/2)

Halo, ini hari kedua sekaligus hari terakhirku di Solo. 
Hari ini aku menghadiri pernikahan temanku (bisa baca di: sini). Pukul 12.00 siang aku check out dari Front One Cabin Solo, tempatku menginap. Aku akan pulang ke Malang dengan kereta api, tapi masih pukul 21.44 nanti keretaku. Sekarang aku mau kota-kota dulu. 

Mie Toprak dan Es Gempol Plered Mangkuyudan
Dawet Gempol Plered tanpa es Rp7000,00
Tujuanku sekarang adalah makan Mie Toprak dan Es Dawet Gempol Plered Mangkuyudan di Jalan Dr. Wahidin. Aku naik go-ride dari Front One Cabin Solo ke sana Rp8000,00. Tempat makan ini buka jam 9.30 pagi sampai 4 sore. Menu yang tersedia ada mie toprak, sop ayam, sop matahari, tahu acar, dan adalagi lainnya. Tujuanku makan mie toprak dan dawet gempol plered aja, meskipun sepertinja tahu acar menarik. 
Mie toprak Rp10.000,00
Sesungguhnya aku nggak doyan dawet haha karena males aja gitu sama minuman manis kaya gini. Tapi aku tertarik dengan plerednya, yang katanya terbuat dari beras ini. Rasa plerednya adalah.... ga ada rasa. Hahah. -__-" Yah gimana si kue beras kan gitu ya rasanya hambar aja.
Untuk mie topraknya tentu saja enakkkkk seger gituuuuu meski kuahnya nggak tumpeh-tumpeh. Mienya terdiri atas mie kuning dan putih semacam bihun atau shoun gitu. Atasan (topping) ada irisan daging, tahu, kacang, tempe, kecambah, dan kembang kol. Aku tambahin cuka dan sambel biar jadi asem pedes asiiiiik.  Untuk seporsi mie toprak dan dawet gempol plered harganya Rp17.000,00. Harga semangkok mie toprak Rp10.000,00.

Puro Mangkunegaran
Tujuan selanjutnya adalah Puro Mangkunegaran. Aku sampai di sana sekitar pukul 13.30. Masih ada waktu sejam sebelum tutup.
Pendopo ageng dilihat dari depan
Puro ini adalah istana yang masih ditinggali oleh putra mahkota. Tetapi saat aku berkunjung ke sana sang putra mahkota tidak sedang ada di kediamannya. Beliau di Jakarta menjalankan bisnisnya.
Aku membayar Rp10.000,00 untuk tiket masuknya. Berkeliling Puro Mangkunegaran ini aku diwajibkan didampingi seorang pemandu (biaya pemandu belum termasuk dalam HTM, biasanya sih sekitar Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00) karena menurut pak penjaga tiket ada ruangan-ruangan yang tidak boleh dimasuki pengunjung. Pemanduku adalah seorang mahasiswi dari Universitas Muhammadiyah Surakarta jurusan Sastra Inggris yang lagi KP alias kerja praktik, namanya Eni. Di sepanjang waktu dia mendampingi si Eni ini beberapa kali minta maaf dan dimaklumi karena ada hal-hal tentang istana ini yang dia lupa haha. Dasar anak mudaaaaa~ 
Puro Mangkunegaran dibagi menjadi tiga ruang utama yaitu Pendopo Ageng, Paringgitan, dan Ndalem Agung.
Kalau masuk ke Paringgitan itu kamera dilarang menyalakan kamera 
Pendopo Ageng berupa bangunan terbuka, karena tidak berdinding. Langit-langit di Pendopo Ageng ini menarik, karena terlukis di tepian balok ringnya simbol-simbol zodiak sementara di tengahnya ada warna-warna yang menyimbolkan tentang Mangkunegaran itu sendiri. Di ruangan ini juga ada tiga macam gamelan, yang saat itu karena sedang tidak terpakai jadinya diselubungi kain agar tidak berdebu. Tapi aku yakin bentukannya seperti gamelan pada umumnya. Tiga gamelan itu punya nama sendiri yatu Seton dimainkan hari Sabtu pagi, Pelipur Sari dimainkan Rabu pagi, dan I Kenyut Mesem dimainkan hanya saat kenaikan raja.

Bangunan utama selanjutnya adalah Paringgitan. Di teras Paringgitan ada lukisan tiga generasi Mangkunegoro (pemimpin Mangkunegaran) beserta pasangannya. Setelah terasnya, kami masuk ke dalam ruangan yang melarang kamera nyala. Kita hanya boleh melihat dan mencatat.
Air mancur halaman belakang Mangkunegaran yang asri banget
"Kenapa gitu, Git?"
"Karena di sana banyak barang-barang peninggalan, kalau ada yang motret kawatir ada yang bikin tiruannya," gitu kata Adik Eni (ciaelah adik) si pemandu. 
"Aku kira karena khawatir di sini kamera bakal nangkap hal-hal yang halus, Git..."
"Sama aku juga wakakkaa."


Di dalam memang banyak sekali benda-benda peninggalan. Benda-benda tersebut dimasukkan dalam lemari, dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Ada pedang, perhiasan, alat makan, lonceng, baju penari, dan masih banyak lagi. Beberapa masih terbuat dari emas asli.

Kami kemudian beranjak lebih dalam, ke bagian bangunan ketiga yaitu Ndalem Ageng. Kami melewati taman dan teras belakang yang begitu asri, rasanya seperti di luar negeri hahaha. Sejak dari depan hingga di tempat ini aku merasa Puro Mangkunegaran ini asyik banget, kita melihat perpaduan desain antara kerajaan jawa dengan modernisasi luar negeri.

"Git sotooooy!" 
Rumah idaman
Seperti menjelaskan bahwa kerajaan ini tidak melulu tentang mempelajari budayanya sendiri tetapi juga ilmu yang terus berkembang. Kata adik pemandu, arsitek rumah ini pun bukan cuma Mangkunegoro (yang sebetulnya juga pernah bersekolah di luar negeri) tetapi orang asli nagri sono. Entah mana aku lupita hehew maap.Lalu patung-patung dan ada juga samurai yang diberi langsung oleh putra mahkota dari Belgia dan Jepang.

Di dalam Ndalem Ageng salah satunya ada ruangan dengan banyak kursi di sekeliling gelaran karpet, yang digunakan sebagai ruang tamu ketika Mangkunegoro menyambut tamu-tamu dari luar negeri. Di karpetnya sih tertulis tidak boleh menginjak karpet, kukira karpetnya doang yang nggak boleh diinjak. Pas aku berpose di sekelilingnya, meski aku nggak injak karpetnya, kena tegur ternyata sama pemandu kelompok lain (bukan pemanduku si Dik Eni anak KP) yang emang asli pemandu. Katanya 'sudah ada tulisan dilarangnya kan', ya iya sih karpetnya dilarang injak aku nurut kok haha aku kan cuma dudukin kursinya hihi yaudah maapin yah abang ganteng~  #ihganjenih
Ruangan ini untuk menyambut tamu-tamu penting semisal dari luar negeri
Kabarnya di Pulau Jawa ini yang pertama kali mendapat asupan listrik adalah Surakarta, panel pertamanya ada di Mangkunegaran ini. Dik Eni menunjukkan panelnya, saat kami akan keluar dari Ndalem Ageng. Waw iya gitu? Keren juga. Kirain Jakarta yang pertama apa-apa, kan biasanya gitu #sotoy #nyinyir #gantinetizen2019.

Taman Balekambang 
Aku jalan kaki dari Puro Mangkunegaran ke tujuanku selanjutnya, Museum Pers. Kalau lihat di google map tinggal lurus doang soalnya kalau lewat pintu samping. Tapi ternyata 15 menit lagi tutup dong! Aduuuh. Aku bengong setengah jam di teras museum. Mau kemana ya, soalnya di Solo ini museum-museum gini rata-rata tutup jam 3 atau 2 gitu. Saat ini waktu menunjukkan pukul 3 sore. Masa mau makan bakso? 
Tidak ada keterangan patung siapakah ini
Kemudian aku ingat bahwa ada satu tujuan yang nggak kumasukkan list kunjunganku karena menurutku kayaknya cuma taman biasa. Tempat itu adalah: Taman Balekambang! Maksudku 'biasa' karena di internet terlihat seperti taman wisata biasa yang berumput, ada prosotan, gitu aja. Tetapi taman itu sebetulnya dibangun oleh Mangkunegoro VII untuk kedua putrinya. Bujubunengalabuset, jadi inget bapak aku kalau tanda cintanya adalah membelikan ronde di depan klenteng Eng An Kiong. Hm~
Taman Balekambang ini terletak di Jalan Balekambang. Dari Museum Pers ke taman ini aku naik go-jek Rp6000,00. Deket juga ya? Kata internet sih taman ini tutup jam 5 sore, aku datang jam setengah 4 sore waktu itu. Tidak ada biaya masuk untuk taman ini.
You're all too close :(
Di taman ini berkeliaran bebas beberapa ekor rusa. Tidak ada penjaga yang melarang kita megang-megang rusa. Enak sih, kan kadang pingin gitu ya ngelus-ngelus binatang langsung. Tetapi aku sempat melihat seorang anak perempuan mungkin TK yang pura-pura mau duduk ke punggung rusa. Sementara saudara laki-lakinya jongkok mengelus kepala rusa di sebelahnya. Terlalu agresif nggak sih? Aku sih merasa gitu. Kasihan rusanya aku tuh, bukan anak-anaknya. 
Aku duduk di dekat tempat bermain anak-anak. Nggak ngerti kudu ngapain, sepertinja aku tertidur sebentar. Ketika bangun aku pindah ke ayunan di dekat pintu gerbang. Di sanalah aku sampai pukul 5 sore. Kulihat pengunjung sudah makin sedikit, tinggal tersisa panitia suatu acara klub motor entah apa di taman malam itu, aku pun segera pesan go-jek untuk lanjut ke tujuan selanjutnya.

Nasi Liwet Yu Sani 
Bagi warga Solo, makan nasi liwet cocoknya untuk sarapan. Makanya harga nasi liwet kalau pagi lebih murah dibanding yang jual malam, karena saat pagi warga Solo asli yang beli. Malamnya pasti wisatawan.
Nikmat dunyaaaaa
Nasi liwet Yu Sani adalah tujuan terakhirku di Solo hari ini. Jam setengah 10 nanti aku naik kereta balik Malang, tetapi sepertinja aku sudah nggak ada tujuan lagi.
Nasi liwet adalah makanan yang aku suka banget, karena aku suka nasi yang warnanya masih putih tapi ada rasanya kaya gini haha. Ada tiga lokasi nasi liwet Yu Sani, aku menuju yang di Jalan Veteran Gemblegan karena yang lain sepertinja lebih jauh dari Taman Balekambang (lokasiku sebelum ke sini) dan Stasiun Solo Balapan nantinya. Dari Taman Balekambang ke Jalan Veteran ini naik go-jek Rp10.000,00.
Saat aku sampai nggak ada pengunjung yang sedang makan. Aku sampai sekitar pukul setengah 6 sore, bukanya yang di Gemblegan ini jam 5 sore (yang lain juga sama sih...). Aku pesan nasi liwet dengan lauknya sayap ayam kampung dan telor pindang. Lauknya banyak pilihannya ada tahu, tempe, telor, ayam kampung dari kepala sampai paha, hati-ampela, usus, dan uritan. Itu lauk-lauk tambahannya pada ditutupin sama daun pisang, aku nggak tahu kalau yang dibilang ibunya 'ayam' tadi ada juga usus dan hati ayamnya, tahu gitu pilih usus aja. 
Usus dan hati ayam cinta akuuu :-*
Susunan pokok (kayak UUD sih) nasi liwet adalah nasi liwet, sayur labu siam, suwiran ayam, dan areh. Areh itu santan dimasak dengan putih telur sampai kental. Enak bangeeeet nasi liwet Yu Sani iniiii, bagian terenaknya adalah ketika aku makan nasi liwet lalu aku makan pakai cabe rebus. Yoi, ga ada sambel di sini yang ada cabe rebus. Mantap jiwaaaa! Minumnya aku pesan jeruk hangat. Untuk semua pesananku ini aku bayar Rp21.000,00.
Selesai makan aku ngobrol sama mbak yang jualan, aku cerita kalau aku mau pulang ke Malang tapi kereta masih jam setengah 10 malam. Lalu mbaknya memperbolehkan aku duduk di lesehan sambil menunggu keretaku, siapa tahu capek katanya kan habis muterin Solo. Baik banget ya Ya Allah sumpah deh makasih ya mbakkkkkkk. :(
Lihatin pengunjung datang dan pergi dari sudut tempat lesehan
Satu hal yang kusesali adalah, ketika aku pamitan balik ke Solo Balapan aku lupa bilang terima kasih ke mbak yang bagian ngejualin nasi liwet, yang nawarin aku buat lesehan, aku bilangnya cuma ke yang jualin minum sama yang beresin piring gelas. Jadi di situ pegawainya empat orang, dua ngeladenin nasi liwet, satu orang bikin minum, dan satu lagi beresin piring gelas yang dipakai pengunjung. Maafin aku ya mbak aku kok bisa lupa gitu sih :( aku cuma bisa berdoa dalam hati biar kebaikan kalian dibalas sama Allah. Trims berat. 

***

Kereta Malioboro Ekspres membawaku balik ke Malang dari pukul 21.44 sampai pukul 03.45 WIB. Aku dijemput bapakku di Stasiun Kotalama. Senang kembali pulang, senang juga karena sudah pernah ke Solo hihi. Aku sudah melihat ke Solo sendiri, apa yang dikatakan orang 'Solo nggak ada apa-apa' itu tidak sepenuhnya betul. Bahkan aku belum ke Karanganyar ke air terjunnya! Bolehlah kapan-kapan. Terima kasih Solo sudah baik banget sama aku. :)

***

P&K
1. Aku bawa cash banyak di Solo ini, perasaanku aja atau emang di sini ATM jarang nongol ya?
2. Terima kasih buat Mbok Sriiii, mbak-mbak yang di Yu Sani, abang-abang go-jek semua, dan warga Solo yang baik hati dan ramah. Kebaikan kalian Allah aja yang balas huhu aku mah apa atuh ga bisa ngasih sendok emas satu-satu... 
3. Terima kasih buat Allah yang sudah membawaku ke Solo. Keren Ya Allah mau lagi dong boleh dong selanjutnya Yunani hahha loncatnya jauh amat yak!


LAST DAY AT SOLO
(click to enlarge the photo or direct your cursor to see the title)


11 comments:

  1. Huwaaaaaa Soloooo!

    Saya padahal sudah mengagendakan untuk main-main ke Solo, sudah nyatetin makanan-makanan hits yang ada di youtube ria sw, eh, ketunda mulu. Padahal, Jogja Solo deket banget wkwkw. Lhadalah malah agendanya keoper mau main ke Malang duluuuuu uwuwuw :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha Malang apa Batuuu? :D

      wkwkw riaaa itu juga panutanqu bang -_-v
      Selamat bermain ke Malang semoga bahagia XD

      Delete
  2. Dua-duanyaaa, Mbaaa, sama Bromo juga wkwkw :D

    Semoga tidak hujan selama disana :'

    UWUWUWU KARENA RIA SW ADALAH KITA. BEGITUPUN SUHAY SALIM!

    Ehehe, makasih banyak ya Mba :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. jhahah malah suhay salim -___-" gendeng arek iki.

      sudah masuk musimnya, swedia payung sebelum 'ujan.

      Delete
  3. Agak salah timing nih buka postingan ini di saat lagi laper. Slurppp kuliner Solo yang belum habis tak jamah. Kalo ke Solo selalu nyarinya Sate Buntel HAHAHA. Ingin sesekali eksplorasi tempat wisata di Solo, menyesal dulu waktu tinggal di Jogja ngga sering2 main ke Solo :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya ga sempet cobain buntel bang, soalnya cobain tengkleng ngga cocok jd yaudah males sama yg kambing2nya di sana -.-" haha.

      sempatkan bang ke Solo, seruuu ternyata. :D

      Delete
  4. jangan2 ngga boleh foto2 di salah satu ruangan itu, selain emang biar ga ada yg bikin replika, juga biar ga nampak hal2 aneh di dalamnya :D :D

    itu rusanya kok jinak2 amat ya sampai mau dielus2 gitu,, kambing tetangga kalah jinak euy..

    -Traveler Paruh Waktu

    ReplyDelete
    Replies
    1. kukira juga gitu sih bang XD pasti ada aja gitunya.... mistis2nya.

      tp kadang ada rusa yg lg jalan kita deketin doi grogi XD haha.

      Delete
  5. Rusanya jinak, gak kabur-kaburan kayak di bogor. wkwk..

    ReplyDelete
  6. Salam kenal gita ,, sangat menarik
    Saya jg orang klaten tp kerja disolo .hehe

    Privatcy ya ?
    Klo bs ku add n follow IG ATAU fb gt .
    Nuwun

    Ditunggu cerita lainnya

    ReplyDelete