Monday 29 December 2014

Datang
oleh: Rahne Putri (Sadgenic)

Kalau kamu datang, 
aku berjanji tidak akan bertanya kenapa baru sekarang.
Kalau kamu datang, aku berjanji tidak akan membuatmu berdiri 
di depan pintu terlalu lama.
Kalau kamu datang, aku berjanji tidak akan bertanya,
hati mana saja yang sudah kau lewati untuk sampai disini.
Karena dengan langkahmu, aku terbangun,
dari mati suri yang kunina-bobokan sendiri.
Kalau kamu datang, tolong jangan pergi.
Aku lelah menjaga pintu.
Kalau kamu datang.
Aku berani sumpah, aku tenang.

Friday 26 December 2014

Gunung Banyak

Jalan-jalan padat banget sejak Rabu siang, karena semua pada merayakan long weekend. Bagi yang kebagian long weekend, sih.  Aku sih enggak. Libur natal tetap hanya sehari, nggak ada cuti bersama, dan Sabtu juga aku tetap masuklah seperti biasa. Tapi ahai ahai, namanya libur meski cuma sehari juga tetap libur kan? Jadilah aku kali ini ke Batu. Yeehaaaa. 
Kota wisata yang satu ini dapat ditempuh dalam hitungan menit dari Malang my current city. Perkenalkan, bagi kalian yang belum pernah mengunjungi kota ini, Batu adalah kota wisata, dengan setiap penduduknya yang sudah dididik menjadi penduduk kota wisata. Kota ini bangga banget dengan singkatannya KWB alias Kota Wisata Batu haha. Lihat aja pasti banyak orang nempel stiker gitu dimana-mana. Batu adalah kota yang indahnya nggak cuma bisa dilihat dengan mata tapi juga hati. Gunung-gunung adalah pagarnya. Saat mendung kota ini bisa saja cuma sejengkal dari awan hitam, karena ketinggiannya yang menawan. Setiap malam hanya dengan melangkahkan kaki keluar pagar rumah kita bisa melihat starhill. Udaranya selalu segar. Air buat mandinya juga dingin enak, kayak Es Degan hwehehehehe :') Bisa bayangkan kan betapa bagusnya kota ini. 

Tempat sampah kota wisata sejati
Perjalanan menuju kota Batu dimulai dari rumah, sekitar pukul 17.20 baru keluar cari angkot LDG (cegat di Jomplangan) yang langsung menuju terminal Landungsari. Tarif terbaru adalah Rp4000,00 saja. Turun di pos polisi, lanjut naik angkot warna ungu nge-pink gitu dengan harga Rp4500,00. Angkot ini jurusan Batu, tapi nggak semua kota Batu dia puterin. Pemberhentian terakhir di terminal Batu. Oiya perjalanan kali ini aku menginap di rumah teman namanya Aul, rumahnya di Jalan Bukit Berbunga daerah Sidomulyo. Keren ya nama jalannya. Sepanjang jalan itu memang orang pada jualan tanaman dan bunga gitu sih.
Menuju Sidomulyo kalau sebelum maghrib biasanya naik angkot warna oranye dari terminal situ. Tapi setelah magrib sulit cari angkot ini, jadi lebih gampang naik ojek. Bayarnya Rp10000,00 aja!

Malam itu aku baru tidur jam 12. |-)

***

Perjalanan ke Batu kali ini untuk entah ke berapa kalinya (tapi nggak sampai yang ke sepuluh juga sih karena meskipun dekat aku jarang banget kesini n_n). Batu memiliki banyak tempat wisata baik buatan maupun yang alami. Tapi baru dua dari sekian banyak yang aku pernah datangi, Jatim Park 1 dan Alun-alun Batu :'D

Kali ini tujuanku adalah Gunung Banyak. Lebih sering disebut Paralayang, sih.

#cupubarukesinipertamakali #yagimanagaadayangngajakin

Sengaja tidak bawa kendaraan pribadi, aku pingin tahu kalau ke Gunung Banyak angkotnya apaan. Sidomulyo menuju Gunung Banyak ditempuh dengan dua kali angkutan umum. Pertama angkot oranye sampai ke terminal Batu. Setelah itu naik bis Puspa Indah turun di Pandesari. Atau bilang turun Paralayang kernetnya pasti paham. Di Pandesari aku diturunkan di seberang masjid yang cukup besar di sebelah kanan jalan. Sebelah timur masjid itu ada gang, itulah jalan menuju Gunung Banyak :-) Kalau baca di blog beberapa orang untuk menuju Gunung Banyak bisa naik ojek dengan tarif normal dari gang itu. Tapi kemarin ko ga ada pak ojek berkeliaran yah? Haha. Entahlah. Tapi aku dan Aul juga tidak ingin naik ojek, sejak awal memang diniatkan untuk jalan kaki saja. Selain itu di papan penunjuk sebelum gang tertulis hanya 1,5 km menuju Paralayang. Cukup dekat, kan? Apalagi ini di Batu, tempat yang aku tuju ada di ketinggian pula. Jalannya pasti melawan gravitasi, membentuk sudut dengan garis horizontal. Pastilah seru dan banyak pemandangan bagus di sisi-sisi jalan, yang membuat kita lebih semangat untuk jalan kaki. Ternyata, ya memang benar demikian...


Coba tengok kiri

Jalan panjang menuju langit biru~

Tidak banyak orang yang menuju Gunung Banyak dengan jalan kaki. Jadi beberapa kali ada 'penyemangat' yang lewat dengan naik motor, ada juga yang memandang dengan heran aku dan Aul. Haha risih banget. Tapi biarlah. Kalau bisa kita berlama-lama aja kan sama pemandangan seperti ini?

Sebagai persiapan aku sudah bawa senjata musim hujan yaitu jas hujan, sedangkan Aul membawa payung. Namun kebetulan siang itu sedang teduh. Meski beberapa menit sempat ada titik hujan yang menetes di kulit, tapi ternyata tidak sampai gerimis. Hanya saja si Aul ini tetap pakai payung, mungkin ini juga kenapa selama perjalanan yang lewat pada 'menyemangati' dan memandang aneh hahaha-_-'

Jangan sampai kepanasan katanya hahaha padahal kan teduh gini, Aul :-(

Perjalanan dari gang depan menuju Gunung Banyak ditempuh sekitar 30 menit saja. Jalannya mudah, tapi kalau belum pernah kesini akan lebih baik sambil bertanya pada penduduk sekitar. Beberapa persimpangan diberi tanda, tapi nggak banyak.

Pertigaan pertama yang ada penunjuknya

Di antara dua pilihan? Pilihlah jalan mendaki!

Gunung Banyak adalah namanya. Di puncaknya ada dua tempat kunjungan yaitu untuk Paralayang dan Omah Kayu. Sepertinya Omah Kayu ini wisata baru. Entahlah. Atau aku aja yang baru kesini. Hahaha. Tarif per orang masuk Gunung Banyak adalah Rp5000,00. Kalau bawa kendaraan parkirnya bayar lagi.

Pertama aku ke Paralayang dulu. Subhanallah sekali aaaahhhh keren. Terbukti, apapun yang dilihat dari ketinggian itu pasti indah. ;-) 

Mirip maket dengan nilai A

Gita Ceria, perbatasan kota dan hutan ringan :-D

Sejengkal dari awan hitam

"Bukit dan sepeda. Pasti akan ada hari saat kita bisa seromantis ini" 

Sesuai namanya yang terkenal, Paralayang, disini adalah tempat bertolak bagi yang akan melakukan Paralayang. Tarifnya sekali terbang Rp360000,00 (nguping orang, wkwkwk). Tapi sepertinya kemarin ditawar bisa jadi Rp350000,00. Bagi yang merasa tidak lihai terbang bisa pakai pemandu. Jadi kita terbang tapi yang menyetir pak pemandu, yang sudah ahli itu. Senang bangeeet lihat orang-orang pada terbang. Aku sendiri kepingin coba, tapi duitnya ko ngepas fwehehehe :-B 

Selamat jalan

Pecaaaaaaahhh bapak ini terbang sendiriii

Sepertinya pemakaian tongsis sudah begitu membumi dan mengudara yah, sampai menyentuh puncak Gunung Banyak. Hampir setiap orang yang terbang selalu membawanya kecuali yang terbang sendiri. Maksudnya jelas untuk dokumentasi saat terbang. Sampai koordinatornya tanya pas ada yang siap terbang: "Siap? tongsisnya sudah?" Wah sudah kayak perlengkapan utama aja yah. Gawats, aku ko nggak punya :-D  

***

Tujuan kedua adalah Omah Kayu. Sebetulnya akunya nggak ingin kesini. Tapi Aul-nya mau. Ah tapi aku juga sekaligus melarikan diri dari para penerbang paralayang, karena semakin dilihat semakin kepingin sih. Tapi yah bayarnya gimana buahahahah :-(

Menuju Omah Kayu

Tarif masuk Omah Kayu Rp5000,00/orang. Tidak ada yang ditawarkan disini selain kita duduk-duduk aja di teras rumah kayu. Memandangi kota, sedikit ketutup pohon. Tetapi bagi generasi foto liar, ini adalah spot bagus untuk foto. Tersedia lebih dari empat Omah Kayu disini, tapi nggak sampai delapan buah. Masing-masing Omah Kayu dipasang papan petunjuk bahwa maksimal hanya tiga orang yang boleh masuk. Tapi banyak juga yang melanggar :-( Padahal kalau runtuh dalamnya nggak main-main loh! 

Foto panorama horor, ko bisa gini yah :-( I'm brainless
Sehari saya minum dua! :-D

Pengunjung setiap Omah Kayu tidak dibatasi berapa lama boleh berada disana. Jadi kalau yang ditunggu sedikit lama berarti kita kudu sedikit bersabar. Hwehehehe. 

***

Untuk kembali ke Sidomulyo aku tetap naik kendaraan yang sama yaitu Puspa Indah. Kemudian bersambung dengan angkot oranye.

Perjalanan pulang lebih singkat. Selain karena searah dengan gravitasi, kita juga sudah tahu jalan jadi bisa melangkah mantap tanpa ragu :-D Ah iya satu lagi. Karena perjalanan pulang tujuannya adalah ke rumah; yang hangat nyamannya sudah begitu kita rindukan. Home sweet home~




Terima kasih buat Aul yang sudah berbagi kasur buat tidur dan keluarga Aul yang baik banget. Terima kasih buat bapak dan ibu penguasa Gunung Banyak yang mau memberikan petunjuk sampai ke puncak. :-D 


Monday 8 December 2014

Kran Keren

Berdasarkan internet yang semakin canggih ini, Indonesia sebagai negara yang memiliki iklim tropis memiliki beberapa ciri yaitu:
1. Penyinaran matahari sepanjang tahun
2. Memiliki dua musim yaitu penghujan dan kemarau
3. Terjadi perubahan suhu yang ekstrim saat pergantian musim
4. Suhunya stabil

Menurut pengalaman aku sebagai warga negara yang begitu setia di negara ini, semua ciri yang kutemukan di internet tersebut adalah benar. Kemanapun aku pergi, semua ciri tersebut masih terasa. Apalagi saat kemarin aku ke Surabaya, ciri yang ke-4 adalah yang paling benar. Suhunya stabil, stabil panasnya maksudnya -___-' 

Selasa malam lalu aku menginap di Surabaya gitu di kosan sepupu di daerah entahlah, pokoknya deket pasar dan sungai. Haha! Kamar kosnya cukup aneh, sekamar isinya empat orang gitu. Berhubung aku sebagai orang ke-5 tidak dapat tempat, jadilah aku tidur di lantai sama sepupu aku (nemenin gitu dia). Benar-benar tidur DI LANTAI loh. Tanpa alas apapun. Anehnya, nggak dingin gitu rasanya. Tapi HANGAT sodara-sodara, rasanya TIDUR DI LANTAI SURABAYA. MALAM HARI loh. Hahah. Ternyata begitu ya lantai Surabaya~ 

Paginya aku juga masih menumpang mandi di kosan sepupu aku itu. Mandi tanpa antri, akupun langsung masuk aja ke kamar mandi yang letaknya tepat di seberang kamar sepupuku. Coba tebak aku nemu apa di kamar mandinya! Nggak kalah kerennya dengan lantai yang hangat! Yaitu adalah kran air yang keren! 


posisi kran saat air penuh

posisi kran saat bak hampir kosong


Entah ini sebutannya kran atau bukan, tapi sebut sajalah ini kran. Soalnya sumber air untuk bak tampung itu ya ngucurnya dari lubang situ. Sadarkah anak kosan disitu, mereka tinggal seatap dengan kran air masa depan! 

Kenapa dia pantas menyandang kran air masa depan, Gita? 

Karena kran air ini bisa menyelamatkan banyak tetes air yang mungkin saja akan terbuang sia-sia kalau bukan dia kran airnya!

Coba perhatikan gambar. Nomor 2 sebut saja pemberat, adalah yang menentukan kran air akan mengucurkan air atau tidak dengan posisinya. Air mengucur dari nomor 1, ada lubang gitu disitu. Kalau air lagi penuh, maka nomor 2 akan terangkat sampai posisi tepat horizontal sehingga nomor 1 menutup dan tidak mengeluarkan air. Kalau air tidak penuh, maka nomor 2 akan berada di posisi hampir vertikal sehingga nomor 1 akan mengeluarkan air. Jadi, keran hanya akan mengeluarkan air pas bak sedang kosong, volume air yang mengucur pun berkurang seiring bertambahnya volume dalam bak karena pemberat makin terangkat, sampai akhirnya nggak ada air yang mengucur saat bak sudah penuh. PECAAAAAAHHHH! Fisika banget nggak siiiiihhhhhhh 

Namun waktu yang kulalui disana terlalu singkat (cieh), jadi nggak sempat meneliti material yang digunakan itu apa aja. Aku sendiri sih beneran belum pernah sama sekali lihat yang ginian dipakai di tempat manapun secara nyata, kalau konsep kayaknya pernah dengarlah sedikit. Entah aku yang kampung baru lihat kali ini atau memang baru disini aja dipakainya, tapi harapanku janganlah sampai hanya disini aja kran ini dipakai. Semoga di seluruh tempat di dunia kedepannya akan memakainya. Manfaatnya banyak banget kan buat kita sendiri nggak perlu repot mengontrol bak, selain itu buat airnya sendiri supaya dia nggak mengalir percuma. Pada akhirnya kita ikut andil dalam penghematan air untuk masa depan seluruh penghuni Planet Bumi. :---D