Wednesday 26 December 2018

Kajian Pembina Punk Surabaya

Aku belum pernah datang ke kajian Islam. Biasanya agar bisa mendengarkan kajian aku putar radio dakwah islam (khusus malang RDI 100.5 FM) atau cari-cari aja gitu di Youtube sesuai kebutuhan, misal pingin tahunya tentang riba. Ok kuketik aja 'Hukum Riba', lalu banyak kan itu keluar video-video kajian tentang riba. Nontonnya bisa sambil tiduran atau makan gorengan, bisa sambil berdiri atau tiduran. Selow abiz.

Hari ini tapi aku datang ke kajian, untuk pertama kalinya dalam hidupku aku datang secara sukarela (biasanya datang karena dipaksa bapakeeee). Aku datang karena tertarik dengan tema dan pembicaranya. 

"Git emang kenapa temanya? Siapa pembicaranya?"

Temanya tentang hijrah, pembicaranya adalah Ustadz Aditya Abdurrahman atau biasa dipanggil Kang Aik. Bukan ustadz lulusan pesantren atau jurusan dakwah beliau ini, tapi seorang punk yang sudah mempelajari Islam lebih jauh. 

"Oooh."
"Iya, ada punk-punk-nya itu yang bikin aku tertarik." 

Kajian ini dilaksanakan di Masjid Jendral Ahmad Yani Malang pukul 09.00 WIB jadwalnya, tetapi realisasinya pukul 10.00 WIB. Malam sebelumnya aku coba-coba cari di Youtube dulu tentang Ustadz Kang Aik ini, okelah mayan aku ok nih sama orangnya.

Kang Aik pagi itu meluruskan dulu persepsi kami tentang punk siapa. Beberapa dari kami berkata bahwa punk itu yang ngamen di lampu merah. Ada juga yang berkata bahwa punk itu yang suka ribut aja haha. Kalau bagiku punk selama ini adalah: anti kemapanan. Semua anggapan kami ternyata salah. Punk yang sebenarnya adalah: anti dengan ketidak adilan. Biasa diwujudkan dengan musik atau apapun. Punk yang asli bukan berasal dari kelas ekonomi bawah (yang mungkin lebih dikenal dengan punk street) tetapi ekonomi menengah, dengan budaya literasi tinggi sekali. Tentunya untuk mengerti letak ketidak adilan itu seberapa jauh mereka harus banyak membaca, sepertinja begitu.
Punk yang asli di masanya tidak terlalu pusing soal penampilan. Rambut tidak harus mohawk, paling kaos aja yang sering pakai hitam. Ketika ada demo-demo tentang ketidak adilan, misal demo buruh, anak punk sering menyusupi. Pakaiannya bisa dikenali, pakai jaket hitam dengan hoodie, masker, bendera anarki, dan tas punggung yang isinya molotov. Ya, mereka mempersiapkan kemungkinan terburuk.

Kang Aik banyak membaca dan ikut berbagai forum tentang punk untuk memperdalamnya, karena dia merasa yang begini-ini cocok banget sama dirinya. Namun makin tahu makin dia memahami bahwa punk juga tidak suka dengan hukum-hukum Islam (dari sudut pandang Kang Aik, karena dia muslim), hukum kan mengatur sehingga terasa 'ketidak adilannya.' Ini adalah salah satu alasan mengapa dia lalu memilih berhijrah. Singkat cerita, Kang Aik meninggalkan punk-nya. Kawannya, band-nya, semua pemahaman yang dia cari selama ini.

***

Di kajian ini ada tiga pertanyaan yang dijawab oleh Kang Aik. Pertanyaan pertama dari aku, kedua dari seorang ikhwan, dan ketiga dari seorang akhwat.

PERTANYAAN KE-1 (dari aku :p):
1. Apa persepsi utama yang harus diluruskan ketika berdakwah dengan seorang punk?

Tidak ada yang utama ataupun khusus. Tapi kita harus tahu apa yang mau disampaikan dan bagaimana menyampaikannya. Apa yang disampaikan ini bisa diambil dari menjajaki kebutuhan mereka dan problema hidup dia apa 

Lalu bagaimana menyampaikannya ini kuncinya adalah kita harus menyampaikan pada timing, kata-kata, dan gaya bahasa yang tepat. 

Contohnya pas ada teman kita tertimpa musibah gitu. Jangan sampai semenit setelah dia tertimpa musibah kita langsung menceramahi dia dengan ayat-ayat Al-Quran, bisa tersinggung orangnya. Buka dulu hatinya dengan meluruskan jalan pikirannya dan menyelipkan nama Allah sedikit demi sedikit.

2. Saya tahu ada band metal namanya Purgatory. Meskipun metal tapi setahu saya mereka sebelum mulai nyanyi pasti berdakwah, bahkan lirik lagunya punk tentang Al-Quran. Pertanyaan saya boleh nggak sih kita mendengarkan lagu-lagu mereka ini?

Purgatory baik jika didengarkan oleh pada pendengar musik yang masih jauh hatinya dari Allah. Kadang kan yang datang ke gigs-gigs itu sulit diajak belajar agama, mungkin dari dengar sholawat (yang dilantunkan Purgatory) ini bisa memberi mereka hidayah. Tapi kalau untuk yang sudah lebih kenal Allah ya nggap perlu. Lebih baik dengarkan ayat-ayat Al-Qur'an saja, kan gitu?

(info tambahan bukan dari Kang Aik) 
Band metal kebanyakan menciptakan lagu dan style-nya terinspirasi dari sesuatu yang sangat horor. Nah bagi purgatory, neraka adalah yang paling horor! Gitu. Jadilah mereka selalu membuat lagunya berasal dari ayat-ayat Qur'an, mengingatkan tentang neraka maupun hari akhir. Kadang sebelum menyanyi mereka berdakwah atau pun sholawat-an. 

PERTANYAAN KE-2:
Bagaimana cara berdakwah yang baik?

Berdakwah yang baik itu awalnya harus bisa membuka hati audience-nya. Contohnya menyesuaikan pakaian.
Misal seperti saya sekarang ini. Saya memberi kajian di antara anak muda, makanya saya pakai kemeja, topi, dan celana jeans (tidak ketat dan masih di atas mata kaki). Tapi tetap sesuai syariat dan menutup aurat.

Menjadi muslim yang baik adalah bagian dari dakwah itu sendiri. Semisal di kantor. setiap azan kita selalu bergegas ke masjid. Lalu ada teman yang ada dalam masalah, maka otomatis dia akan merasa kita yang 'orang benar' ini (karena selalu sholat tepat waktu) bisa jadi tempat mencari solusi. Di situlah kita bisa mengarahkannya menuju jalan yang benar.

PERTANYAAN KE-3: 
Bagaimana cara mengingatkan fanatik bola yang sampai melewatkan waktu sholat, padahal tujuan kita nanti adalah akhirat? 

Kalau dia yakin dengan adanya hari akhir ya harusnya nggak akan demikian (sampai melewatkan waktu sholat). Jangan capek mengingatkan karena inti dakwah bukan hanya hasilnya tapi kesabaran kita untuk konsisten dan istiqomah menyebarkan.
Misal Nabi Nuh. Meski pengikut di kapalnya sedikit tetapi dia tetap dimuliakan oleh Allah kan. Ingat, hasil itu urusan Allah.

***

PS: isi kajian ini aku ceritakan lagi dengan bahasaku sendiri. Kalau mau versi aslinya bisa dilihat di video ini okkkk!

bagian pertama:


bagian kedua:

Saturday 24 November 2018

Anti Miaw-Miaw Club

Rumahku akhir-akhir ini berasa banget gerahnya. Penyebab utamanya ada dua yaitu:
1. Emang udaranya lagi panas; 
2. Jarang dibukain pintu dan jendelanya.

Untuk penyebab pertama ya aku cuma bisa berdoa dan berusaha yah biar bumi ini nggak makin panas. Semaksimal-mal-mal-nya diriku ini. Nah penyebab yang kedua ini yang agak repot. Tentu solusinya sudah di depan mata: ya bukain dong pintu-pintu dan jendela-jendelanya! 

Iya bener banget sih. Tapi aku, ibuku, dan bapakku jarang buka pintu karena nggak pengen kucing-kucing pada masuuuuk. Kami ini keluarga yang nggak suka sama kucing tapi di halaman rumah kami selalu aja dihampirin sama kucing. -_-" Sumpah deh kucing-kucing tak bertuan yang suka nongkrong di halaman rumah aku tuh nggak bisa lihat pintu atau jendela kebuka dikit udah melenggang masuk aja. Kami tahu kucing adalah hewan kesayangan Nabi Muhammad, tapi ih sumpah deh menurut aku kucing tuh nggak semanis itu deh...

Pernah ada kucing (kayanya sih hamil ya) masuk lewat pintu depan. Doi naik dong ke kursi ruang tamu, eh TERUS MUNTAH. Ingin berkata kasar...

Kucing yang sama di lain waktu juga pernah masuk lagi ke ruang tamu, kali ini doi boker dong di ruang tamu. Ingin marah...
Kalau lagi di halaman pun kucing-kucing itu bokernya sembarangan banget, nggak pakai gali terus dia tutup galian gitu. Jorok kan! Bau pula. Sama sekali berbeda dengan cerita yang kudengar bahwa kucing itu hewan yang suka kebersihan, yang katanya kalau boker suka gali-gali lubang terus nutupin lubangnya habis boker.

Saddle sepeda motor aku juga pernah dicakar sama kucing sampai sobek. Jadi si kucing itu bangun tidur gitu, tidurnya tentu saja di saddle motor itu. Lalu pas bangun dia meregangkan badannya sambil nyakar-nyakar. Ingin rasanya melempar dia sampai ke Yunani...
Biasanya pintu rumah samping ini dibuka si kucing udah pasang kuda-kuda mau masuk aja
Kesempatan lain terjadi di kamar aku, ini yang paling paling paling bikin aku kesal. Waktu itu aku habis ngepel kamar. Jadi jendela aku buka biar enak aja gitu udaranya kan. Sambil menunggu lantai kering, aku duduk di luar kamar, di depan TV. Tiba-tiba terdengar suara kucing tengkar gitu dari kamar. Iyaaaa ternyata mereka berdua itu loncat ke dalam kamar lewat jendela lalu tengkar di dalam, woooy dikira kamarku arena tinju apa. Kampreeeeeeeeeeet!Tahulah kalau kucing tengkar kan rambutnya pada bertebaran gitu iyuuuuuh sumpah jijaaaay. Mana waktu itu kaya lagi parno-parnonya sama toksoplasma :( lalu aku bersihkan ulang kamarku itu sambil nangis. Hiks. 

Aku paham bahwa semua makhluk hidup ingin memiliki tempat tinggal yang nyaman. Bisa untuk berteduh saat hujan, bisa untuk meringkuk hangat saat udara sedang dingin. Termasuk kucing pun demikian. Dia suka tiba-tiba masuk ke rumah mungkin yang dicari ya yang empuk-empuk gitu yang nyaman buatnya tidur.
Tapi gimana ya aku dan keluargaku memang kompakan aja gitu untuk nggak suka membawa kucing masuk rumah. Ditambah dengan kelakuan kucing-kucing yang sudah kutulis di atas, jadi ilfeel dah. Meski demikian sekesal-kesalnya kami nggak pernah sampai nendang kucing. Kalau ngusir ya hush-hush gitu aja sambil digiring menjauh.
Biasanya bukan dia nih yang suka masuk-masuk tapi ya kaya cowo ah semua kucing sama aja :( 
Kadang kalau ada ikan lebih kami kasih ke kucing. Kalau habis makan ikan masih ada kepala ikan yang bisa dimakan, ya kami buang ke sampah agar bisa dimakan kucing-kucing. Kami memang nggak pernah ngasih makan mereka secara sengaja beli, maksudnya biar mereka nggak nyaman, kelaparan, dan cari tempat lain gitu. Tapi herannya, nggak pergi-pergi. Justru kawan-kawannya itu kucing kadang malah mampir tapi berhari-hari. Alamakjaaaan. (Eh ya gak paham itu kawan apa musuh, kayanya sih musuh ya habisnya kalau ketemu ujung-ujungnya tengkar gitu iyuuuuuh bikin takut aja. -_-")
Bapak aku juga pernah berusaha membuang kucing-kucing itu. Bapakku ngarungin mereka lalu menurunkan mereka di pasar yang jauh dari rumah. Tapi yah, pergi satu datang satu. Kalau kata tetangga sih mereka nyaman di rumahku karena di rumahku halamannya besar katanya.

Sungguh, sampai kapan pun aku nggak bisa bangetlah sahabatan sama kucing. Please kucing, kenapa sih kalian nggak pergi aja dari rumah aku?  Lelah jiwa aku sama kalian ini. 

***

Monday 12 November 2018

The Newest Auntie in This World

Yeeeey aku resmi seresmi-resminya menjadi buleeek! Tante, kalau bahasa kotanya. Tapi aku lebih suka dipanggil bulek sih.

"Lah lah ada apaa, Giiit? Kok jadi tante aja tiba-tiba?"
"Kakak aku lahiraaaan!"  
Medina usia 4 hari :'( kangen, sist!
Jadi aku tuh punya mas, abang, gitu deh. Namanya Ardi. Dia nikah Januari 2018 kemarin sama seorang wanita (ciaelah!) namanya Chintya, aku sih manggilnya Cece gitu hihi biar dikira cinaaaa haha padahal ya nggak.Lalu hari Rabu lalu tepatnya tanggal 7 Nopember 2018 Cece aku melahirkan seorang bayi perempuan. Mereka sepakat memberi nama anaknya Medina Anindita Rosyidi. Aku senengggg deh akhirnya mas aku tuh jadi bapak-bapak dan aku jadi tante-tante eh bulek-bulek. Semoga mas aku tuh lebih dewasa dengan lahirnya Medina ini, stop bermalas-malasan woooooy! Cece aku semoga bisa jadi ibu yang baik, dunia dan akhiraaat Insya Allah! Doaku untuk mereka berdua semoga dicukupkan rejekinya, makin semangat menjalani hidup di dunia ini setelah lahirnya anak pertama. 

Aku akan senang banget nanti gendong-gendong ponakan aku, ajak main dia, ajak nyanyi dia, bacain buku cerita buat dia, beliin bakso buat dia, hmm apalagi ya kegiatannya bulek-bulek masa kini?

"Pesan buat ponakan apa, Git?"
"Selamat datang ke dunia yang penuh poligon terbuka ini, ponakanku. Mari kita sambungkan poligon itu menjadi tertutup lalu kita warnai sehingga menjadi eye-catching! Fufufufu."


***

PS: Baru kemarin Minggu pisah sama Medina udah kangen bangeeet :( Napa bisa ngangenin gini sih ni anak kemarin sore. Umur belon sebulan udah bikin kangen huhu Medinaaaa aku kzl bin zbl!

Sunday 4 November 2018

Kehabisan Tempat Main di Solo (2/2)

Halo, ini hari kedua sekaligus hari terakhirku di Solo. 
Hari ini aku menghadiri pernikahan temanku (bisa baca di: sini). Pukul 12.00 siang aku check out dari Front One Cabin Solo, tempatku menginap. Aku akan pulang ke Malang dengan kereta api, tapi masih pukul 21.44 nanti keretaku. Sekarang aku mau kota-kota dulu. 

Mie Toprak dan Es Gempol Plered Mangkuyudan
Dawet Gempol Plered tanpa es Rp7000,00
Tujuanku sekarang adalah makan Mie Toprak dan Es Dawet Gempol Plered Mangkuyudan di Jalan Dr. Wahidin. Aku naik go-ride dari Front One Cabin Solo ke sana Rp8000,00. Tempat makan ini buka jam 9.30 pagi sampai 4 sore. Menu yang tersedia ada mie toprak, sop ayam, sop matahari, tahu acar, dan adalagi lainnya. Tujuanku makan mie toprak dan dawet gempol plered aja, meskipun sepertinja tahu acar menarik. 
Mie toprak Rp10.000,00
Sesungguhnya aku nggak doyan dawet haha karena males aja gitu sama minuman manis kaya gini. Tapi aku tertarik dengan plerednya, yang katanya terbuat dari beras ini. Rasa plerednya adalah.... ga ada rasa. Hahah. -__-" Yah gimana si kue beras kan gitu ya rasanya hambar aja.
Untuk mie topraknya tentu saja enakkkkk seger gituuuuu meski kuahnya nggak tumpeh-tumpeh. Mienya terdiri atas mie kuning dan putih semacam bihun atau shoun gitu. Atasan (topping) ada irisan daging, tahu, kacang, tempe, kecambah, dan kembang kol. Aku tambahin cuka dan sambel biar jadi asem pedes asiiiiik.  Untuk seporsi mie toprak dan dawet gempol plered harganya Rp17.000,00. Harga semangkok mie toprak Rp10.000,00.

Puro Mangkunegaran
Tujuan selanjutnya adalah Puro Mangkunegaran. Aku sampai di sana sekitar pukul 13.30. Masih ada waktu sejam sebelum tutup.
Pendopo ageng dilihat dari depan
Puro ini adalah istana yang masih ditinggali oleh putra mahkota. Tetapi saat aku berkunjung ke sana sang putra mahkota tidak sedang ada di kediamannya. Beliau di Jakarta menjalankan bisnisnya.
Aku membayar Rp10.000,00 untuk tiket masuknya. Berkeliling Puro Mangkunegaran ini aku diwajibkan didampingi seorang pemandu (biaya pemandu belum termasuk dalam HTM, biasanya sih sekitar Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00) karena menurut pak penjaga tiket ada ruangan-ruangan yang tidak boleh dimasuki pengunjung. Pemanduku adalah seorang mahasiswi dari Universitas Muhammadiyah Surakarta jurusan Sastra Inggris yang lagi KP alias kerja praktik, namanya Eni. Di sepanjang waktu dia mendampingi si Eni ini beberapa kali minta maaf dan dimaklumi karena ada hal-hal tentang istana ini yang dia lupa haha. Dasar anak mudaaaaa~ 
Puro Mangkunegaran dibagi menjadi tiga ruang utama yaitu Pendopo Ageng, Paringgitan, dan Ndalem Agung.
Kalau masuk ke Paringgitan itu kamera dilarang menyalakan kamera 
Pendopo Ageng berupa bangunan terbuka, karena tidak berdinding. Langit-langit di Pendopo Ageng ini menarik, karena terlukis di tepian balok ringnya simbol-simbol zodiak sementara di tengahnya ada warna-warna yang menyimbolkan tentang Mangkunegaran itu sendiri. Di ruangan ini juga ada tiga macam gamelan, yang saat itu karena sedang tidak terpakai jadinya diselubungi kain agar tidak berdebu. Tapi aku yakin bentukannya seperti gamelan pada umumnya. Tiga gamelan itu punya nama sendiri yatu Seton dimainkan hari Sabtu pagi, Pelipur Sari dimainkan Rabu pagi, dan I Kenyut Mesem dimainkan hanya saat kenaikan raja.

Bangunan utama selanjutnya adalah Paringgitan. Di teras Paringgitan ada lukisan tiga generasi Mangkunegoro (pemimpin Mangkunegaran) beserta pasangannya. Setelah terasnya, kami masuk ke dalam ruangan yang melarang kamera nyala. Kita hanya boleh melihat dan mencatat.
Air mancur halaman belakang Mangkunegaran yang asri banget
"Kenapa gitu, Git?"
"Karena di sana banyak barang-barang peninggalan, kalau ada yang motret kawatir ada yang bikin tiruannya," gitu kata Adik Eni (ciaelah adik) si pemandu. 
"Aku kira karena khawatir di sini kamera bakal nangkap hal-hal yang halus, Git..."
"Sama aku juga wakakkaa."


Di dalam memang banyak sekali benda-benda peninggalan. Benda-benda tersebut dimasukkan dalam lemari, dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Ada pedang, perhiasan, alat makan, lonceng, baju penari, dan masih banyak lagi. Beberapa masih terbuat dari emas asli.

Kami kemudian beranjak lebih dalam, ke bagian bangunan ketiga yaitu Ndalem Ageng. Kami melewati taman dan teras belakang yang begitu asri, rasanya seperti di luar negeri hahaha. Sejak dari depan hingga di tempat ini aku merasa Puro Mangkunegaran ini asyik banget, kita melihat perpaduan desain antara kerajaan jawa dengan modernisasi luar negeri.

"Git sotooooy!" 
Rumah idaman
Seperti menjelaskan bahwa kerajaan ini tidak melulu tentang mempelajari budayanya sendiri tetapi juga ilmu yang terus berkembang. Kata adik pemandu, arsitek rumah ini pun bukan cuma Mangkunegoro (yang sebetulnya juga pernah bersekolah di luar negeri) tetapi orang asli nagri sono. Entah mana aku lupita hehew maap.Lalu patung-patung dan ada juga samurai yang diberi langsung oleh putra mahkota dari Belgia dan Jepang.

Di dalam Ndalem Ageng salah satunya ada ruangan dengan banyak kursi di sekeliling gelaran karpet, yang digunakan sebagai ruang tamu ketika Mangkunegoro menyambut tamu-tamu dari luar negeri. Di karpetnya sih tertulis tidak boleh menginjak karpet, kukira karpetnya doang yang nggak boleh diinjak. Pas aku berpose di sekelilingnya, meski aku nggak injak karpetnya, kena tegur ternyata sama pemandu kelompok lain (bukan pemanduku si Dik Eni anak KP) yang emang asli pemandu. Katanya 'sudah ada tulisan dilarangnya kan', ya iya sih karpetnya dilarang injak aku nurut kok haha aku kan cuma dudukin kursinya hihi yaudah maapin yah abang ganteng~  #ihganjenih
Ruangan ini untuk menyambut tamu-tamu penting semisal dari luar negeri
Kabarnya di Pulau Jawa ini yang pertama kali mendapat asupan listrik adalah Surakarta, panel pertamanya ada di Mangkunegaran ini. Dik Eni menunjukkan panelnya, saat kami akan keluar dari Ndalem Ageng. Waw iya gitu? Keren juga. Kirain Jakarta yang pertama apa-apa, kan biasanya gitu #sotoy #nyinyir #gantinetizen2019.

Taman Balekambang 
Aku jalan kaki dari Puro Mangkunegaran ke tujuanku selanjutnya, Museum Pers. Kalau lihat di google map tinggal lurus doang soalnya kalau lewat pintu samping. Tapi ternyata 15 menit lagi tutup dong! Aduuuh. Aku bengong setengah jam di teras museum. Mau kemana ya, soalnya di Solo ini museum-museum gini rata-rata tutup jam 3 atau 2 gitu. Saat ini waktu menunjukkan pukul 3 sore. Masa mau makan bakso? 
Tidak ada keterangan patung siapakah ini
Kemudian aku ingat bahwa ada satu tujuan yang nggak kumasukkan list kunjunganku karena menurutku kayaknya cuma taman biasa. Tempat itu adalah: Taman Balekambang! Maksudku 'biasa' karena di internet terlihat seperti taman wisata biasa yang berumput, ada prosotan, gitu aja. Tetapi taman itu sebetulnya dibangun oleh Mangkunegoro VII untuk kedua putrinya. Bujubunengalabuset, jadi inget bapak aku kalau tanda cintanya adalah membelikan ronde di depan klenteng Eng An Kiong. Hm~
Taman Balekambang ini terletak di Jalan Balekambang. Dari Museum Pers ke taman ini aku naik go-jek Rp6000,00. Deket juga ya? Kata internet sih taman ini tutup jam 5 sore, aku datang jam setengah 4 sore waktu itu. Tidak ada biaya masuk untuk taman ini.
You're all too close :(
Di taman ini berkeliaran bebas beberapa ekor rusa. Tidak ada penjaga yang melarang kita megang-megang rusa. Enak sih, kan kadang pingin gitu ya ngelus-ngelus binatang langsung. Tetapi aku sempat melihat seorang anak perempuan mungkin TK yang pura-pura mau duduk ke punggung rusa. Sementara saudara laki-lakinya jongkok mengelus kepala rusa di sebelahnya. Terlalu agresif nggak sih? Aku sih merasa gitu. Kasihan rusanya aku tuh, bukan anak-anaknya. 
Aku duduk di dekat tempat bermain anak-anak. Nggak ngerti kudu ngapain, sepertinja aku tertidur sebentar. Ketika bangun aku pindah ke ayunan di dekat pintu gerbang. Di sanalah aku sampai pukul 5 sore. Kulihat pengunjung sudah makin sedikit, tinggal tersisa panitia suatu acara klub motor entah apa di taman malam itu, aku pun segera pesan go-jek untuk lanjut ke tujuan selanjutnya.

Nasi Liwet Yu Sani 
Bagi warga Solo, makan nasi liwet cocoknya untuk sarapan. Makanya harga nasi liwet kalau pagi lebih murah dibanding yang jual malam, karena saat pagi warga Solo asli yang beli. Malamnya pasti wisatawan.
Nikmat dunyaaaaa
Nasi liwet Yu Sani adalah tujuan terakhirku di Solo hari ini. Jam setengah 10 nanti aku naik kereta balik Malang, tetapi sepertinja aku sudah nggak ada tujuan lagi.
Nasi liwet adalah makanan yang aku suka banget, karena aku suka nasi yang warnanya masih putih tapi ada rasanya kaya gini haha. Ada tiga lokasi nasi liwet Yu Sani, aku menuju yang di Jalan Veteran Gemblegan karena yang lain sepertinja lebih jauh dari Taman Balekambang (lokasiku sebelum ke sini) dan Stasiun Solo Balapan nantinya. Dari Taman Balekambang ke Jalan Veteran ini naik go-jek Rp10.000,00.
Saat aku sampai nggak ada pengunjung yang sedang makan. Aku sampai sekitar pukul setengah 6 sore, bukanya yang di Gemblegan ini jam 5 sore (yang lain juga sama sih...). Aku pesan nasi liwet dengan lauknya sayap ayam kampung dan telor pindang. Lauknya banyak pilihannya ada tahu, tempe, telor, ayam kampung dari kepala sampai paha, hati-ampela, usus, dan uritan. Itu lauk-lauk tambahannya pada ditutupin sama daun pisang, aku nggak tahu kalau yang dibilang ibunya 'ayam' tadi ada juga usus dan hati ayamnya, tahu gitu pilih usus aja. 
Usus dan hati ayam cinta akuuu :-*
Susunan pokok (kayak UUD sih) nasi liwet adalah nasi liwet, sayur labu siam, suwiran ayam, dan areh. Areh itu santan dimasak dengan putih telur sampai kental. Enak bangeeeet nasi liwet Yu Sani iniiii, bagian terenaknya adalah ketika aku makan nasi liwet lalu aku makan pakai cabe rebus. Yoi, ga ada sambel di sini yang ada cabe rebus. Mantap jiwaaaa! Minumnya aku pesan jeruk hangat. Untuk semua pesananku ini aku bayar Rp21.000,00.
Selesai makan aku ngobrol sama mbak yang jualan, aku cerita kalau aku mau pulang ke Malang tapi kereta masih jam setengah 10 malam. Lalu mbaknya memperbolehkan aku duduk di lesehan sambil menunggu keretaku, siapa tahu capek katanya kan habis muterin Solo. Baik banget ya Ya Allah sumpah deh makasih ya mbakkkkkkk. :(
Lihatin pengunjung datang dan pergi dari sudut tempat lesehan
Satu hal yang kusesali adalah, ketika aku pamitan balik ke Solo Balapan aku lupa bilang terima kasih ke mbak yang bagian ngejualin nasi liwet, yang nawarin aku buat lesehan, aku bilangnya cuma ke yang jualin minum sama yang beresin piring gelas. Jadi di situ pegawainya empat orang, dua ngeladenin nasi liwet, satu orang bikin minum, dan satu lagi beresin piring gelas yang dipakai pengunjung. Maafin aku ya mbak aku kok bisa lupa gitu sih :( aku cuma bisa berdoa dalam hati biar kebaikan kalian dibalas sama Allah. Trims berat. 

***

Kereta Malioboro Ekspres membawaku balik ke Malang dari pukul 21.44 sampai pukul 03.45 WIB. Aku dijemput bapakku di Stasiun Kotalama. Senang kembali pulang, senang juga karena sudah pernah ke Solo hihi. Aku sudah melihat ke Solo sendiri, apa yang dikatakan orang 'Solo nggak ada apa-apa' itu tidak sepenuhnya betul. Bahkan aku belum ke Karanganyar ke air terjunnya! Bolehlah kapan-kapan. Terima kasih Solo sudah baik banget sama aku. :)

***

P&K
1. Aku bawa cash banyak di Solo ini, perasaanku aja atau emang di sini ATM jarang nongol ya?
2. Terima kasih buat Mbok Sriiii, mbak-mbak yang di Yu Sani, abang-abang go-jek semua, dan warga Solo yang baik hati dan ramah. Kebaikan kalian Allah aja yang balas huhu aku mah apa atuh ga bisa ngasih sendok emas satu-satu... 
3. Terima kasih buat Allah yang sudah membawaku ke Solo. Keren Ya Allah mau lagi dong boleh dong selanjutnya Yunani hahha loncatnya jauh amat yak!


LAST DAY AT SOLO
(click to enlarge the photo or direct your cursor to see the title)