Friday 3 June 2016

NOODLE.exe

Aku pingin cerita tentang kesukaanku akan mie instan saat kelas 4 SD. Boleqa Aqu? 

Sejak aku kecil, Ibuku jarang banget masak. Masaknya sesuka-sukalah. Kalau mood-nya lagi ga pengen masak, bisa dua atau tiga bulan kompor di rumah dicuekin. Meskipun demikian, ibu aku nggak pernah absen menyediakan asupan makan anaknya. Saat Ibu nggak masak, Ibu selalu beliin makan. Kalau aku nggak doyan, aku bikin mie instan sendiri.
Kira-kira, inilah awal cerita romantis aku dengan mie instan. 

Siapa sih yang bisa mengelakkan rasa enak dari sebungkus mie instan? Aku yakin perbandingannya hanya 1/10. Apalagi yang goreng! Perpaduan rasa gurih MSG, kecap, saus, dan bawang gorengnya selalu bikin aku nggak bisa lari. Aku, sebagai manusia baru 10 tahun hidup, pastinya sedang masa-masa pencarian makanan favorit. Pilihanku jatuh di mie instan.

Bahkan gambar layar masih mie sekarang :-| 

Aku seminggu bisa tiga kali aku konsumsi mie, termasuk yang aku jadikan bekal. Favorit aku sih Indomie goreng seperti kebanyakan, tapi aku juga suka nyobain mie merk-merk baru atau rasa baru.

Kesukaanku akan mie instan makin melebarkan sayap saat Bos-bos aku, Ibu dan Babe, naik haji. Selama satu setengah bulan aku dijagain sama Bude aku, namanya Bude Sus. aku sih manggilnya Mbus. Mbus ini sayang banget sama aku. Aku minta apa pasti dikasih. Mbus ini juga jago banget masak, a-pa-pun. Apalagi cuma mie instan, itu mah cuma seujung upil dirautin! 
Memanfaatkan rasa sayang Mbus itulah, aku jadi bisa setiap hari makan mie instan. Sarapan mie. Makan siang mie. Malam juga mie. Kalau bukan pakai mie aku nggak mau makan. Meskipun ada sosis atau telor, mie tetap wajib ada buat aku. AKU MERASA DIMERDEKAKAN OLEH MSG!! 
Mbus yang senang-senang aja dengan makanku yang gampang (pokoknya ada mie), dengan baik hatinya membelikan mie buat aku dalam berbagai varian rasa dan juga merk terbaru yang sekiranya aku akan suka. Termasuk cemilan yang masih satu marga dengan mie, seperti Mie Gelas dan Pop Mie. Sebetulnya Mbus juga tahu kalau banyak-banyak mie instan ngga baik apalagi aku masih SD. Tapi karena tanpa mie aku nggak mau makan, beliau jadi iyain aja terus.

Kadang-kadang satu bungkus nggak cukup buatku, baik ukuran single maupun yang isi-dua macam Sarimi. Jaman dulu juga ada namanya Mie Gaga 100 dan Santrimie 108, itu juga sebungkus ga cukup buatku. Padahal makannya udah pakai nasi. 

Hampir sebulan penuh aku hidup kaya begitu.

Selain makan mie. aku saat itu juga punya kebiasaan buruk menggigiti dinding mulutku sebelah kiri. Tiap ga ada yang dikunyah pasti dinding sebelah kiri aku gigit-gigit sampai dinding mulutku itu menonjol kaya gunung yang diruncingin (bisa bayangin ga sih? w sulit mendeskripsikannya) . Aku lupa kapan kebiasaan ini bermula. Hanya saja sebulan setelah aku ditinggal haji Bos-bos, kebiasaan ini mulai hilang. Bukan karena aku yang berhenti melakukannya, tapi tanpa disadari dinding mulut yang awalnya menonjol itu lama-lama menjadi terkikis sampai perih rasanya. Nafsu makanku mulai turun.

Mie kuah senior juga ini mah hahah
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=PS24kgktYoY
Mbus yang memperhatikan nafsu makanku yang menurun, bahkan dengan mie sekalipun, membawaku ke dokter. Sampai di sana, berat badanku ditimbang dan susut 9 kg. Jauh ya? Saat berkaca aku baru sadar, iyaya aku kurusan. Aku juga baru sadar, sudah berapa lama ya aku nggak makan... Pingin mie...

Sesuai perintah dokter, keluar dari ruang dokter aku langsung dinaikkan kursi roda untuk rawat inap. Sebetulnya jalan juga aku masih bisa, tapi kata dokternya biar enak aja. Hahaha! Kata dokter, karena dinding mulutku perih itulah yang bikin aku ga suka makan. Dokter juga bertanya tentang makanan aku apa selama ini, dan kujawab aku cuma mau makan mie. Menurut dokter, selama di sini dia ga akan kasih aku makan mie. Sedih!
Rawat inap ini dilakukan sampai dinding mulutku balik normal. Dengan perawatan di rumah sakit, mereka bisa memberi aku asupan lewat infus karena lewat mulut aku cuma bisa makan patah-patah.

Sambil dirawat di rumah sakit, aku merenung. Apa iya ini dinding mulut terkikis karena keseringan aku makan mie? Aku sih cuma dengar ya kalau yang bikin mie gurih a.k.a MSG itu buruk buat kesehatan, bikin bego. Nah apa iya dia selain menyerang otak juga menyerang dinding mulut? Atau karena dinding mulut ini luka? Jadi si MSG itu sukanya menyerang luka? Aku nggak ngerti.

Mbus menungguiku dengan sabar. Bos-bos tentu saja gak dikabarin tentang sakitnya aku ini, khawatir mengganggu ibadahnya di sana.
Sempat suatu hari Mbus makan mie, tepat di samping tempat tidurku, dibawakan saudaraku dari rumah. Rasanya pengen banget aku sikat, tapi nggak dikasih sama Mbus. Iyalah ya! Aduhai perih banget hatiku hanya bisa melihat mie dari kejauhan tanpa bisa memakannya dengan sayang. Aku balikkan badan membelakangi Mbus dan mencoba tidur saja. 

Aku dirawat inap selama empat hari kurang lebih. Untuk minum obat saja susternya sampe bawa dua orang satpam segala, gak tahu buat apaan. -___-" Begitu kembali ke rumah, mulutku dikerangkeng dari mie. Tanganku dijauhkan dari kardus yang menyimpan berbagai macam mie. Semua orang bekerja sama membuat aku lupa sama mie.
Saat Bos-bos datang, barulah Mbus cerita. Bos Ibu dan Bos Babe cuma oooh aaah aja. Prihatin, tapi karena sudah sembuh jadi datar saja. Tetapi Bos-bos juga sama dengan yang lain, berusaha menjauhkan aku dari mie. Jadwal aku makan mie juga jadi lebih menyedihkan, seminggu sekali. Lalu jadi dua minggu sekali, dibikinnya tanpa bumbunya (MSG-nya) sama sekali. Selesai makan minum air putih dua gelas besar.
Butuh penyesuaian untuk makan mie dengan pola seperti itu. Belum dengan rasa mie-nya yang jadi hambar, cuma ada rasa pedes-pedesan dikit.

Gaga Mie 100 mie senior porsi satu seperempat
Sumber: https://www.pinterest.com/pin/411023903465116866/
Lambat laun hingga saat ini aku jadi sadar, bahwa pola makanku dulu salah total. Aku suka makan apapun, tapi kenapa ya yang aku paling sukai itu mie? Aku suka semua macam mie, tapi kenapa yang aku paling sukai itu mie instan? Kenapa bukan mie telor aja? Pantesan sekarang aku lemot banget, mungkin karena dulu makannya MSG melulu buakakaka. Atau emang lemot dari sononya ya? Gatau deh.

Saat ini bisa lebih logis untuk menempatkan cinta aku sama mie. Aku memakannya jarang-jarang aja kalau lagi malas banget masak, karena saat memakannya pasti jadi ada rasa manis rindunya gitu.

Pelajaran yang aku ambil dari kejadian ini adalah: too much love will kill you. Indomie dan kawan-kawannya cukup disayangi secukupnya. Kalau kelebihan, jadi aku yang error. Wkwkwkwk.

***

Kangen banget sama mereka ini: Indomie, Salamie, Mie Nissin, Mie Sakura, Gaga Mie 100, Mie ABC, Mie Selera Rakyat, Mie & Mie, Kari Mie, Miduo, My Noodle, Supermi, dan semua mie yang lupa namanya tapi aku pasti pernah cobain. Kalian apa kabarrrrr?