Tuesday 20 February 2018

Random Cyber Talk Nowaday

Aku sekarang jadi aktif lagi main Twitter. Dulu aku sempat pergi ke laut menjauh untuk melupakan Twitter sejak lulus kuliah tahun 2014, kemudian menyepi ke google plus yang emang sepi dan Tumblr yang aku selalu lupa password-nya. Sementara semua orang berbondong-bondong ke Path...

"Kenapa kamu tidak ngepet (nge-Path) juga, Git?"

Sempat aku melihat isi Path dari akun temanku, isinya terlalu nggak penting untuk dijadikan konsumsi publik. Misal bangun tidur, gitu doang dilaporin. Ngapain banget? Udah gitu banyak foto-foto selfie yang jaraknya dekat banget sama kamera. Kan kaget ya lihatnya? Jadilah malas aku sama Path, bagiku itu konsepnya kurang jelas.

Kemudian di bulan Maret 2016 aku bikin Instagram atas saran kawanku namanya Ayu. Kata doi gambar-gambar yang aku share di Tumblr dan G+ sayang banget kalau nggak banyak yang tahu, mending diunggah saja di Instagram. Siapa tahu bisa berkolaborasi dengan penyuka seni gambar yang lain. Heuheu. Yasudah aku ikuti saran Ayu. Ok juga sih Instagram, aku bisa lihat gambar-gambar dan foto yang bagus-bagus sebagai inspirasi. 

Akhir tahun 2017 aku masih merasa oke dengan sepinya G+, sepi gini enak dong ya buat curcol. Tapi kok jadinya banyak artikel tentang judi online ya! Ibaratnya garap PR Matematika di Sarkem gitu... digangguin sih engga cuma aneh aja -_- Lalu aku kepikiran tentang Twitter. Apa kabar ya Twitterku~ Sejak itulah aku tengok Twitter lagi, kupasang kembali aplikasinya di hp aku.

***

Saat ini ada topik yang sedang hangat di Twitter. Ini topiknya nggak penting sebetulnya, tapi karena aku punya pandangan tentang topik ini jadi pingin gitu aku menulisnya. Topiknya ngegosipin sosial media lain: "Kehidupan di Instagram (Ig) adalah kemewahan yang dipamerkan dengan terlalu sehingga jati diri remaja jadi berantakan dan ingin happy melulu sedangkan Twitter tempat ini tempat yang sebaliknya, bersusah-susah."

"Git kok ngomongin Ig di Twitter sih? Itu kaya ngomongin RCTI di SCTV gitu ga sih?"
"Gatau haha-_-" 

Inti berita itu adalah bahwa isi Ig saat ini itu kepamer-pameran semata. Kemewahan dunia melulu.

Akibatnya (termasuk bagi si pemilik akun, si penulis tweet) banyak orang yang gaya hidupnya pun berubah jadi suka bermewah-mewahan juga, kepengaruh gitu ceritanya. Contohnya, banyak yang mengunggah foto liburannya ke luar negeri akibatnya yang melihat jadi pengen liburan ke luar negeri juga dengan motivasi biar bisa diunggah ke Ig juga. Contoh lain, banyak yang mengunggah foto dan video pranikah yang oenjoe gitu, akibatnya jadi banyak anak pingin cepet nikah agar punya foto dan video pranikah juga hanya untuk dipamerkan di Ig.

"Laaaaah?"

Nih kalau kata aku ya, bagiku dia yang berpendapat demikian hanyalah orang yang salah follow akun. Yaudah sih unfollow aja itu akun yang kata dia 'suka pamer-pamer.' Kenapa masih juga dipertahankan muncul di linimasa (timeline) dia? Kalau memang pengaruhnya buruk. Itu gunanya ada tombol IKUTI dan BERHENTI IKUTI. Apa? Apa? Ga enak karena teman sendiri? Kadang orang mulai lupa bahwa ini toh hanya dunia maya... 

Aku ingin berbagi yang kuyakini selama ini, karena sejauh ini bermanfaat buat aku. Gini...
Nggak pernah tuh aku merasa tertekan menginginkan sesuatu hanya karena lihat Ig. Ya gimana di linimasa aku isinya kebanyakan gambar-gambar semua! Kalau gak digital painting ya pixel art, ilustrasi, dan semacamnya. Aku follow yang seperti itu bukan untuk selingan tapi karena aku suka hal itu sehingga itulah 'berita' yang kuharap ada di Instagram aku.
Apa yang bisa diirikan dari gambar-gambar gitu? Yang ada jadi motivasi dan inspirasi agar aku bisa menggambar lebih baik. Makanya, follow-lah apa yang ingin kalian lihat, itu saja...

Begitulah guys menurut aku tentang kehidupan di Ig. Tidak ada yang meresahkan dan berlebihan selama kita tahu betul fungsinya. Salam sosmeddddddd~