Thursday 5 April 2018

Curug Nangka

Aku suka sekali sama air terjun. Meskipun menurutku aku 'nggak cocok di air', tapi terkecuali dengan air terjun. Aku suka suara air yang terjun begitu saja dari ketinggiannya, akses ke sananya yang selalu seru, dan momen ketika memandangi air terjun itu. 

Tanggal 31 Maret 2018 hari Sabtu, aku ke Bogor, mengunjungi Curug Nangka. Curug itu Bahasa Sunda artinja air terjun.

"Terus kalau Nangka itu bahasa apa ya, Git?"
"Bahasa Indonesia...:-\"
Kepagian di Stasiun Dukuh Atas
Aku sudah banyak cari referensi sebelumnya tentang curug yang bisa kukunjungi dengan angkutan umum saja, soalnya aku nggak ada motor. Mobil apalagi. Pilihanku jatuh (ciaelah!) ke Curug Nangka. Berangkatlah aku Sabtu pagi habis subuh dengan teman kantor aku, namanya Titis. Kami ke Stasiun KRL Sudirman dari kos dengan mobil Go-Car Rp9000,00 pakai Go-pay. Kami berangkat setelah sholat subuh banget, jadi di Sudirman baru sekitar pukul 05.10. Kirain kereta langsung ada gitu ya, ternyata yang ke Bogor itu baru ada pukul 6 pagi gitu deh. Yaudah ngobrol-ngobril dulu sambil boker~
Soto mie enakkk dekat stasiun
Perjalanan dengan KRL menuju Bogor ditempuh dalam waktu satu jam saja. Cepat banget kan! Rasanya makin cepat lagi buat aku karena sejak naik KRL aku langsung tidur hahaha pelor emang. Kami sampai Stasiun Bogor pukul 07.40. Kami sarapan dulu di dekat stasiun, makan soto mie bogor. Berdua dengan Titis, aku pakai nasi dan dia enggak, kami membayar Rp28.000,00. Murah tidak repot #iklan. 

Keluar Stasiun Bogor itu kita kan nyebrang pakai jembatan, kemudian ambil yang ke kiri lalu jalan luruuuuuuuuus aja. Saat sudah tampak McDonald di kiri jalan, kebun raya di seberang jalan, maka itulah saat yang tepat untuk belok ke kanan. Lalu luruuuuuuuus aja sampai lihat Ramayana Bogor Trade Mall. Nah terus nyebrang aja sampai ada perkumpulan angkot ngetem, angkot 03 arah Ciapus. Eh ini jalan kaki loh ya! Paham kan paham kan. Karena tanggung kalau naik angkot terlalu memutar jauh, jadi jalan kaki aja paling 15 menit sampai.
Nyebrang pertigaan BTM untuk nyari angkot arah Ciapus
Untuk mencapai Curug Nangka harus nanya ke sopirnya ini lewatin Curug Nangka nggak soalnya tertentu aja yang lewat, meskipun mereka semua ke arah Ciapus dan wujudnya sama ya. Tadi sih yang ke curug itu yang ngetem-ngetem gitu.

Satu jam perjalanan menuju Curug Nangka dengan angkot, ongkosnya per orang Rp10.000,00. Kami diturunkan di pertigaan jalan, di depan Highland Park Resort.
Dari pertigaan itu menuju curug udah tinggal jalan kaki aja mungkin 15 menit (jalannya nanjak), tapi kalau mau ngojek juga ada kok yang nawarin abang-abangnya. Tadi sih aku dan Titis ditawarin reptil (rempet tilu alias semotor bertiga wkwkwkw) Rp15.000,00 sampai gerbang awal. Tapi karena referensi di internet mengatakan bahwa pemandangan sepanjang jalan naik itu bagus, ya aku sama Titis nolak si abang. "Maaf bang nanti aja kalau turunnya ya...," gitu kata aku.
Ternyata pemandangannya di kanan kiri B ajah, soalnya ada dinding tinggi gitu, ga kelihatan apa-apa. Di depan jalan yang kami lalui sih memang ada gunung yang berdiri gagah, keren. Gunung Salak mungkin. Ya itu doang sih. 
Itu gunung apa sih?
Harga tiket masuk kalau dijumlah per orang Rp20.000,00. Di gerbang depan Rp7500,00 lalu gerbang selanjutnya Rp12.500,00. Kaga tau kenapa ya bisa dua kali gerbang, mungkin ikut semboyan BKKBN, dua gerbang cukup.... -_-"

Pemandangan setelah gerbang yang pertama adalah jalan selebar 4 meter-an, diapit pepohonan tinggi. Di kirinya tebing berpohon dan kanannya ada saung-saung gitu. Asri banget. Setelah gerbang selanjutnya pemandangan itu berlanjut jadi kawasan pohon tinggi yang tanahnya berundak-undak. Di sebelah kanannya, terpisahkan oleh sungai, ada lahan untuk berkemah. Aku dan Titis sempat duduk-duduk sebentar di rumah pohon sebelum kemudian lanjut menuju curug.
Teduh tapi bukan Payung Teduh
Sesungguhnya di area curug ini penunjuk arahnya kurang jelas kalau kubilang. Menurutku seharusnya di setiap belokan kalau bisa diberi penunjuk arah, sampai 20 meter sebelum obyeknya berada. Saat menuju curug dari gerbang kedua aku dan Titis nebak-nebak buah manggis mulu ini jalannya benar nggak ya~ Jalannya jauh loh, nggak banyak sih kelokannya tapi bakal lebih menenangkan saja kalau ada papan penunjuk. Karena kadang ada yang sepiii banget hanya aku dan Titis yang lewat, setidaknya meski nggak ada orang yang bisa ditanya kita tahu ini jalan yang benar gitu.

Di kawasan Curug Nangka ini terdapat tiga curug yaitu (dari yang paling tinggi letaknya) Curug Kawung, Curug Daun, dan Curug Nangka sendiri. Awalnya kami ingin ke Nangka dulu, tapi karena arahnya nggak jelas jadi kami ke Curug Daun atau Kawung dulu. Sekitar lima belas menit perjalanan kami tempuh untuk berjumpa dengan curug tersebut. Kami sempat melewati air terjun kecil yang bisa dipakai berenang. Tingginya mungkin hanya empat sampai lima meter. Kirain itu cirig bukan curug, ternyata eh ternyata ya itu Curug Daun! Nah kecil amat yha~ 
Curug Daun
Saat sampai di atas, di Curug Kawung, aku terkagum-kagum. Airnya jatuh tipis-tipis, tebing yang melatarinya adalah batuan masif warna hitam pekat. Suara airnya merdu sekali. Teman perjalananku kali ini biasa diajak foto banyak-banyak, tapi juga bisa diajak ambil momen untuk menikmati memandangi air terjun beberapa saat. Sungguh tepat. Terima kasih Titis. 

"Habisnya kadang ada teman seperjalanan yang maunya foto melulu, gak memberiku waktu menikmati saat-saat kita sampai di tujuan... Atau kadang kita dianggap melamun kosong. Padahal kita lagi menikmati perjalanan, membayangkan banyak hal."

Di dekat area Curug Kawung ada tempat ganti baju, jadi basahlah sebasah-basahnya, nggak apa-apa kan bisa ganti baju. Karena di Kawung ini kan hulunya, jadi airnya masih bersih, enak buat main-main.
Curug Kawung
Puas di hulunya, kami turun ke hilir ke Curug Nangka (Curug Daun cukup dilewatin doang karena aku nggak berminat berenang haha). Kami sempat berhenti untuk beli gorengan di warung ibu-ibu di dekat Curug Daun. Bakwannya Rp1000,00-an. Lainnya sama. Untuk mencapai Curug Nangka tak ada jalan selain lewat sungai, kami yakin ini betul karena sudah bertanya dulu ke abang penjual gorengan dekat tanjakan.

"Nyebrang sungai maksudnya, Git?"
"Nggak, ya lewat sungainya itu loh."
Sungai yang kami lewati menuju Curug Nangka
Tidak ada jalur darat untuk menuju Curug Nangka. Air terjun ini dikelilingi batuan besar, maka dari itu sulit untuk mengeprasnya menjadi jalan. Tapi kedalaman sungainya nggak terlalu sih, paling dalam sampai lutut, itu juga nggak sepanjang sungai. Airnya pun jernih, nggak perlu kawatir menginjak telur buaya. 

Saat aku dan Titis datang Curug Nangka sudah ramai orang. Curug ini hampir mirip seperti Kawung, bedanya air yang jatuh di sini lebih kencang aja gitu rasanya. Terasa dari tekanannya, saat aku mau ambil foto di dekat air terjunnya. Persamaan kedua curug ini ada di kolamnya, yang sama-sama dangkal dan dalam di sisi tertentu.
Menuju Curug Nangka kita seperti melewati lorong gelap (meski tebing batu kanan kirinya nggak gelap-gelap banget, hijau berlumut gitu) yang berujung pada cahaya terang. Beberapa saat sebelum pergi aku menikmati keindahan Curug Nangka yang letaknya tersembunyi ini, aku bersyukur banget kakiku bisa melangkah sejauh ini. Bisa melihat pemandangan seindah ini. MasyaAllah. 
Curug Nangka yang keren pakai bingit
Setelah ganti baju tanpa bilas badan, aku dan Titis kembali menuju gerbang masuk Curug Nangka. Kami sempat berhenti lagi untuk beli gorengan. Tapi ternyata bakwannya nggak seenak yang beli di atas. Aaaaaaaaah!
Kami juga menepati janji untuk turun dengan ojek sampai pertigaan. Naik motornya tentu saja reptil-an, Rp10.000,00 ongkosnya. Kami kembali melewati pohon-pohon tinggi di sekeliling jalan masuk curug. Saat berangkat tadi baru sekitar tiga mobil yang parkir. Sekarang sudah banyak yang parkir.

Tak perlu menunggu lama, angkot 03 yang membawa kami ke BTM segera datang. Ongkosnya masih sama juga, Rp20.000,00 berdua. Sempat macet sebentar, perjalanan balik ke BTM kami tempuh selama satu seperempat jam. Turun di BTM aku dan Titis makan soto kuning dulu. Aku penasaran banget lihat vlog di Youtube ada yang makan soto kuning, tapi makannya bukan di sini sih tapi di Gang Aut. Cuma ke sananya kaya jauh gitu jadi yaudahlah sini aja. Semangkuk soto kuning Rp7000,00 kalau dengan nasi jadi Rp10.000,00. Karena dagingnya habis, jadi aku cuma dikasih kikil dan babat sama si abangnya.
Soto Kuning
Sesungguhnya aku sedih makan soto ini. Kikilnya aneh rasanya, juga masih ada rambutnya gitu aih  babatnya juga berasa aneh kaya terlalu lembek dan berpasir. Tapi tanggung, udah dipesan ini. Kuahnya untung oke, nasinya juga. Yasudah kuhabiskan saja, eh nggak deng sisa dua biji babat. Ga kuat.

Dari BTM aku dan Titis balik ke Stasiun Bogor jalan kaki, karena Titisnya pingin sambil lihat-lihat jajanan gitu. Di dekat stasiun dia beli asinan dan tahu krispi. Sedangkan aku beli tahu bulat, tahu isi sayur, dan otak-otak dicampur seharga Rp5000,00. Padahal tenggorokanku lagi sakit, tapi dari tadi makan goreng-gorengan melulu. Gatel banget, pingin garuk pakai pacul. Pingin mandi es dawet.

Perjalanan balik dengan KRL ditempuh dalam waktu satu jam, sama seperti berangkatnya. Aku dan Titis sama-sama ketiduran saat baliknya hahah. Sekitar pukul 18.10 kami sampai di tempat kami berangkat, rumah kos! Yeaaaaaah semoga bisa ke curug di Bogor lagi kapan-kapan. 

"Harimu keren. Ditutup dengan bacaan hamdalah ya, Git."
"Alhamdulillahirabbilalamiin" 



***

P & K 
1. Semoga Curug Nangka dibanyakin penunjuk arahnya. Itu harapan aku banget sih.
2. Masalah klise, sampah. Masih juga terjadi di sini, padahal sudah disediakan tempat sampah loh tapi masih banyak aja sampah bertebaran. Kebanyakan orang berpikir bahwa kalau mereka menggeletakkan sampahnya begitu saja di tempat sembarangan akan ada yang mengambilkan, membuangkannya, karena mereka merasa bayar. GA GITU HEEEEHHHHH SADARLAH SADARLAH!!  Duh jadi emosi...
3. Aku bawa banyak biskuit dan jajan sebagai persediaan untuk perjalanan ini, tapi yang kemakan dikit banget. Malah aku dan Titis lebih banyak beli gorengannya. Apakah artinja bawa bekal sia-sia? Tidak juga. Karena sepengalamanku dunia sering kebalik-balik. Kalau kita pas bawa, kenyang mulu, malah beli mulu. Tapi giliran ga bawa apa-apa, kelaparan, ga ada orang jual. Bukankah lebih baik dalam hal ini kita kelebihan makanana? Siapa tahu bisa berbagi sama pengunjung lain~
4. Para penjual gorengan di curug ini kebanyakan hadir saat akhir minggu, pas weekday sedikit karena pengunjung pun nggak gitu ramai.
5. Aku kepleset lima kali di curug ini, ngasih tahu aja...
6. Banyak ibu-ibu yang juga menyusuri sungai demi ke Curug Nangka. Jadi jangan ragu pergi bersama keluarga ya!
7. Mending pergi ke sini pakai sandal gunung deh. Tidak repot gitu...
8. Total biaya perjalanan kami kali ini adalah Rp138.000,00. Biaya tersebut termasuk ongkos KRL, go-car dari dan ke stasiun, beli gorengan untuk meresapi kearifan lokal, tiket masuk, bayar WC, sarapan, dan makan siang. Murah kan satu orangnya nggak sampai Rp100.000,00. Gaslah!
9. Terima kasih banyak buat Titis yang sudah jadi teman perjalananku kali ini, semoga selanjutnya bisa liburan bareng lagi yah. Maaf kalau aku rempong! Hahaha.
10. Terima kasih buat Allah yang Maha Keren, bisa menciptakan banyak rupa air terjun. Alhamdulillah wa syukurillah #muslimahmodeon 



OUR MOMENTS!
click to enlarge the photos