Saturday 25 April 2015

Kerja Kerja Kerja

Orang-orang di sini banyak yang pakai lu-gua. Maka meskipun medok, ijinkanlah aku sekarang mencoba menulis dengan #jakartamodeon.

Hai...
gua adalah lulusan Teknik Sipil. Gua pingin cerita tentang kondisi gua sekarang ini.
Setelah sekian lama berjuang berlari mengejar mimpi, akhirnya gua sampai juga di mimpi. Mimpi ini lebih jelasnya, adalah berada di luar jangkauan bermanja-manja dan hidup yang masih juga ditanggung bapak dan ibu. Mimpi ini digapai melalui bekerja di sebuah pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM), sehingga saat ini gua terpisah jauh dari bapak dan ibu.

PLTM ini memiliki kantor pusat di ibukota Indonesia, Jakarta, sehingga awal diterima gua harus ke Jakarta dulu. Jauh meleset dari target, karena gua pinginnya bekerja di-mana-gitu yang pusatnya di Bandung atau kota dingin lainnya dan bukannya di Jakarta. Malas banget sama kota yang panas gitu. Selain itu karena sungguh deh kalau ada berita tentang Jakarta itu pasti tentang kejahatan, banjir, kalau nggak kemacetan.  Menurut gua tak lain semua masalah itu karena Jakarta yang sudah kelebihan penduduk. Nah udah kepenuhan, kenapa juga gua kudu juga kesana kan nambah-nambahin saja. Tapi yah sudah kepalang tanggung, udah diterima gini. Mungkin gua disuruh untuk menempa diri di kota besar lebih dahulu. Meskipun disini apa-apa ada nyari apapun nggak susah, tapi cukup keras juga dari segi persaingan kehidupan (kayaknya sih...). Lagian udah keturutan juga kan merantau, gaaassss.

Sudah sebulan lebih sejak gua mengawali perjalanan baru ini. Lima belas orang diterima bersama gua. Perempuannya hanya dua dengan gua, namanya Naya. Oiya gua diterima di PLTM ini melalui jalur engineering development program (EDP), semacam management trainee gitu sebutannya di beberapa tempat lain. Biasanya yang diterima di jalur demikian adalah yang diharapkan bisa menjadi petinggi di perusahaan tersebut untuk kedepannya.

"Git, jadi kamu calon petinggi di situ?"
"Harusnya sih gitu, tapi gatau deh. Dengar dulu penjelasan gua..."

Awal masuk kami diwajibkan mengikuti kegiatan yang telah diprogram oleh tim rekrutmen. Pertama adalah classical training. Kegiatan ini adalah pemaparan tentang apa saja yang perlu diketahui dahulu berkaitan dengan PLTM, desain bangunan sipilnya, elektro dan mesin-mesinannya yang gua gelap banget itu, sampai dengan segala peraturan dan budaya perusahaan tersebut. Lu bisa bilang ini semacam 'sekolah' gitulah hahah. Selama sepuluh hari, kegiatan kami berlangsung di Hotel Aston mulai pukul 08.30 sampai 17.30. Gua berangkat keluar rumah jam 5 pagi, pulang sampai rumah jam 9 malam. Berangkat gelap pulang gelap, seakan hidup hanya untuk kerja. Sedih. Tapi ada satu yang menghibur: sumpah makanannya enak-enak... 

Berawal dari classical training inilah gua mulai mengenal teman-teman yang 'seangkatan' dengan gua ini, juga senior-senior yang lebih dahulu bekerja di sana. Seluruh anak baru berjumlah 15 orang dengan rincian dua biji perempuan dan sisanya lelaki. Ada yang lulusan ITS, STT PLN, Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, Universitas Mataram, ITB, dan UGM. Semuanya terhitung fresh graduate, karena meskipun ada yang sudah pernah bekerja tapi pengalamannya kurang nyambung sama pekerjaan-pekerjaan di sini.

formasi lengkap seangkatan ketambahan satu senior yang di tengah pakai baju biru jenggotan

Selayaknya sekolah, di classical training ini setiap selesai dijelaskan satu materi para 'siswa' dipersilakan untuk bertanya. Hari pertama gua ga nanya sama sekali. Gua semangat banget, tapi entahlah rasanya semua udah jelas (sinetronnnnn....). Hari berikutnya sampai hari terakhir gua udah mulai nanya-nanya, tapi nggak selalu. Beberapa waktu gua nanya hanya untuk pencitraan karena teman-teman pada nanya dan gua ga mau keliatan pasif sendiri. Jadilah seringkali pertanyaan itu nggak berbobot. Di situlah gua merasa ampas, seperti salah masuk kelas anak berbakat lalu gua bego sendiri karena yang lain otaknya jauh di atas gua-_-'. Kadang gua malu, karena bagaimanapun gua membawa nama Universitas Brawijaya (UB) di sini. Citra UB pastinya kelihatan ampas karena yang mereka lihat adalah Gita yang ampas gini... minder ah disini. Selain itu, untuk ilmu teknik sipil sendiri (halo halo ingat aku sarjana teknik sipil loh) yang banyak dipakai adalah sipil basah alias hitungan bangunan air lalala gitu. Buset itu jaman kuliah dulu paling nggak bisa, nggak merhatiin, dan gak konsen gua! Tapi nggak ada jalan lain selain terus melaluinya dan mencoba lebih baik dari hari ke hari. Sampai hari terakhir gua jalani semangat yang gua yakin lebih besar dari yang lain, tapi emang dasar Gita bawaannya ngantuk melulu-_-'. Inilah penyakit gua, ngantuk! Begitu duduk cepat atau lambat pasti ngantuk-__-". Kalau lagi sadarkan diri kadang mencatat pelajaran kadang juga cuma gambar-gambar atau nulis lirik lagu di kertas yang difasilitasi hotel. 

Kegiatan kedua yang diprogram perusahaan adalah kesemaptaan, untuk melatih kedisiplinan. Selama sepuluh hari juga kami ditempatkan di asrama perwira di Gunung Bunder. TNI-AD gitu pelatihnya. Bukan cuma berlima belas kali ini, tapi ditemani beberapa senior perusahaan. Ini sih kayak ospek kuliah dulu haha cuma lebih ringan dan lebih enak aja karena bisa tidur gitu di jam istirahat, begitu pun untuk makannya. Nasi, ikan, sayur, lengkap dengan minuman dan buah (jauh lebih baik dari nasi teknik yang cuma nasi, tempe, tahu, telur rebus, dan timun doang-_-). Senang banget gua di sana, pemandangannya terutama yang bikin senang. Kalau pagi gitu siluet Gunung Salak sejuk banget. Hijaunya mengingatkan gua akan sesuatu. Waktu mendung juga, Gunung Salak meneduhkan untuk dilihat.

Cari Dekati Hancurkan

Kembali ke Jakarta dari Gunung Bunder kami diberi waktu lima hari sebelum mulai on the job training (OJT), kegiatan training yang ketiga, ke proyek-proyek yang sedang dikerjakan. Ada juga sih yang training di kantor dulu (ada jadwalnya kok, kami ga bakal cuma training di satu lokasi saja). Lima hari itu mulai Kamis sampai dengan Senin, tapi ikutan masuk kantor saat hari kerja (Sabtu Minggu libur). Kami para anak baru ini sebenarnya baru efektif bekerja pada tanggal 1 April. Nah untuk lima hari--tiga hari kerja--sebelum 1 April itu kegiatan di kantor kami ini semacam diskusi gitu...
diskusi...
diskus...
disku...
disk...
dis...
di...
d...
...
Hell, inilah neraka bumi. Halooo, gua ini paling nggak bisa bicara di forum diskusi resmi apalagi dengan dasar ilmu yang gua masih belum percaya diri begini. Mendengar kata 'diskusi' aja sudah cukup bikin gua ingin lari ke pantai. Sebelum forum dimulai badan gua asli panas dingin, Saat forum dimulai gua pasif, Setelah forum diakhiri gua ditegur kepala suku HRD: "Gita, kamu tuh harus bisa ngomong ya..." Bubar semua isi perut.

Lalu hari berikutnya sama aja. Gua tetap pasif saat diskusi, sangat pasif diantara teman-teman gua yang saling sahut berpendapat. Ngomong sih sekali, itu juga ga jelas gua aja ga ngerti barusan ngomong apa. Makin minder. Gua hanya berharap agar hari itu cepat berakhir...

Sampai akhirnya hari itu bukan hanya berakhir, tapi sudah berlalu hingga hari ini. Malam ini, gua sudah beratus kilometer dari ruang rapat tempat kejadian diskusi neraka itu untuk mengikuti kegiatan selanjutnya yaitu OJT. Gua lagi di mes alias tempat tinggal yang disediakan perusahaan untuk gua dan ketiga teman gua. Lokasinya ya di proyek itu juga. Buka jendela udah bisa lihat pipa-pipa sebesar dinosaurus.

Proyek ini di hutan gitu, suatu daerah yang gua rahasiakan di kaki Gunung Halimun. Kurang lebih sejam seperempat dari kota, setidaknya itulah tempat paling ramai yang bisa disebut kota. Sinyal gak ada disini, adanya segaris senja yang ketutup pohon-pohon pegunungan. Uh serius, Allah emang paling tahu tempat-tempat terbaik di negeri ini~

skema sederhana alur PLTM
sumber: https://dreamindonesia.wordpress.com/tag/komponen-pltmh/
OJT di sini gua setiap harinya diharuskan untuk menjangkau seluruh lokasi pekerjaan mulai dari hulu hingga hilir. Namanya juga masih pleatihan, harus tahu kesemuanya dulu (oh iya sekedar info singkat bahwa bangunan utama PLTM itu ada empat yaitu bendung, waterway, pipa pesat, dan powerhouse. Hulu adalah bendung sampai dengan setengah waterway, hilir adalah waterway selanjutnya sampai powerhouse). Gua ga sampai hulu sih tiap hari jalannya, karena cukup jauhlah kalau ditempuh dengan jalan kaki. Palingan seminggu sekali. Kalau ditempuh naik mobil sejam ada, dengan jalanan yang beberapa titiknya masih galian tanah yang kayak coklat toblerone leleh. Ada juga jalannya yang tanah lalu dikasih pecahan batu-batu agak besar begitu, jadi kalau dilewati bikin kita goyang-goyang fleksibel. Efek lain mungkin kita merasa tenggorokan ini loncat-loncat sampai keluar dari rongganya. Entah nyata atau tidak, tapi itulah yang gua rasain.

Langit biru awan putih terbentang indah lukisan yang kuasa 

 Ini proyek kan di Jawa Barat yah, gua kira sebulan di sini gua akan lancar dengerin orang berbahasa sunda. Tapi ternyata gua salah, karena banyak banget orang jawa di sini. Jadi dari segi pengetahuan akan bahasa ternyata gua tidak berkembang haha-_- Padahal mimpi gua banget tuh bisa menguasai beragam bahasa di Indonesia.

(dari kiri yang pakai kaos Iron Man) Gita, Aby, Naya, dan Agil 

Secara keseluruhan orang kerja di sini dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu owner atau pemilik proyek sekaligus pengawas (itu dari perusahaan gua), kontraktor, dan pelaksana install pipa pesat. Proyek di manapun pasti pengawas musuhan sama pelaksana, di sini juga begitu. Namun meskipun bermusuhan, ada satu hal kesamaan mereka semua: SUKA NYARI BATU AKIK. Tua muda sama aja sumpah heran gua. Lihat aja jarinya semua pada pakai cincin zzzzz.
Kubu owner memiliki empat orang anak training yaitu gua sendiri dengan tiga orang yang sesama EDP, perkenalkan mereka adalah Agil, Naya, dan Aby. Ketiganya adalah remaja lu-gua. Seniornya ada tujuh orang, mulai dari admin, supervisor sampai manajer atau semacamnya. Semua umurnya di atas gua. Ada yang sepertinya seumuran dengan bapak gua. Nah nah nilah yang bikin gua heran hidup di sini. Rasa aneh tapi nyata. Itu orang yang seumuran bapak pastilah kalau di Malang adalah teman bapak gua. Tapi di sini dia adalah teman gua. Aneh sumpah aneh.

Teman kerja paling trendi

Seperti yang telah gua jelaskan di atas bahwa OJT ini gua tinggal di mes. Setiap harinya rutinitas yang dilakukan kayaknya sama aja setiap harinya. Jamnya doang yang bergeser-geser haha. Bahkan hari Sabtu dan Minggu pun sama, masih kerja juga, karena memang tidak ada libur. Rasanya kaya ngikut apa kata Dahlan Iskan: KERJA KERJA KERJA!  Menu makan pun begitu, rasanya sudah menjadi rutinitas untuk makan nasi goreng pagi hari, mie dan telur siang hari, malamnya ikan goreng. Gak gitu juga sih mungkin perasaan aja, tapi memang itu yang sering muncul. Kadang kala Naya atau seorang senior ada yang merasa bosan dengan menu itu, mereka memilih untuk tidak makan atau sekedar ngemil makanan ringan yang mereka punya. Tapi gua ngga. Gua gatau dilahirkan Sang Ibu dengan cara apa, tapi gua jadi orang yang selalu doyan makan apapun. Meskipun menunya itu-itu aja, tapi gua sih oke aja. Lebih lagi gua ini doyan sekali sama apapun jenis mie, alhamudulillah malah di sini seringnya makan mie. 

Banyak yang gua pelajari di OJT ini, baik ilmu sipil di lapangan maupun soft skill. Gua biasanya ngomong suka ngasal, gua belajar untuk lebih berwibawa, tertata, dan dewasa karena gua rasa usia segini sudah gak waktunya gua ngasal terus. Bagaimanapun gua juga adalah cerminan perusahaan, kalau salah ngomong bisa dikira seisi perusahaan orangnya sinting semua wkwkwk. Sekaligus, mungkin beberapa orang pasti mengingat gua ini lulusan mana kuliahnya dulu. Sudah cukup yah nama UB terlihat ampas karena guanya ampas di kantor (saat forum diskusi), gua ga pingin di sini juga demikian. Gua mencoba menjadi lebih baik setiap harinya. 

Gua menemukan kenyamanan hidup selama bekerja di proyek di hutan-hutan begini dengan medan yang naik berbukit-bukit dan bisa gua daki setiap hari. Pekerjaan ini pun sesuai sekali dengan yang gua bayangkan saat gua melamar pekerjaan ini dulu. PLTM gak akan mungkin dibangun di tengah kota yang dekat dengan kehidupan masa kini. Pastilah di hutan, dekat dengan sungai, dan kalau hujan gua bisa menikmatinya bersama pepohonan hijau. Ah pokoknya lepas OJT gua pingin kerja di hutan gini saja deh~

How can i didnt love my job?

Tetapi perjalanan gua masih cukup panjang dan mengkhawatirkan untuk mencapai 'hutan' yang sebenarnya, kalau dipikir-pikir. OJT bulan depan gua di kantor selama satu setengah bulan, malas banget. Kerja di kantor asli gak menarik, banyak duduk pastilah bikin ngantuk. Apalagi kantor di Jakarta. Yah Jakarta lagi Jakarta lagi. Bagian tergawat adalah kinerja gua akan dinilai di kantor nanti, lalu dibandingkan dengan di lapangan untuk menentukan selepas OJT gua akan ditempatkan di proyek atau di kantor. Gua takutnya gua kelihatan rajin di kantor sampai dianggap lebih bagus dibanding dengan kerja di lapangan. Rencana sih gua pengen malas-malasan di kantor nanti. Tapi gua juga ngeri kalau malas gua itu terlalu, sehingga gua dipecat. Gawat juga.

Sepertinya tidak ada yang lebih baik yah selain memaksimalkan diri di lapangan maupun di kantor. Bagaimanapun bekerja itu kan juga ibadah yah, baru ingat gua. Sama seperti sholat, harus berjuang menjadi yang terbaik demi diri sendiri. Kayanya sih doanya aja ya yang kudu dikencengin, minta aja sama Allah biar ditemparin di proyek wkwkwk. Sejauh ini hanya itu sih yang kepikiran untuk bisa gua lakukan, sambil menikmati suara hujan yang tak kunjung berhenti dari pagi.

#jakartamodeoff








ijin mengeluh:
(Jakarta itu gedung-gedungnya terlalu tinggi, nutupin bulan aja)